Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Vaksin yang lebih baru juga memungkinkan penskalaan yang lebih cepat dan produksi yang lebih cepat dibandingkan dengan model vaksin yang lebih lama.
Dan setelah banyak penundaan dan pertimbangan, China menyetujui penggunaan vaksin Pfizer-BioNTech, dengan gelombang pertama dikirim pada hari Rabu. Tidak ada rincian tentang ukuran atau waktu pengiriman yang tersedia.
Vaksin ini hanya tersedia untuk orang Jerman yang tinggal di China, tetapi Beijing juga akan mempertimbangkan untuk menggunakan vaksin tersebut untuk warga negara China. Sekitar 20.000 orang Jerman tinggal di negara itu. Warga negara China di Jerman akan dapat menerima SinoVac China sebagai gantinya.
WHO cemas
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan organisasi internasional tersebut sangat prihatin dan cemas dengan meningkatnya laporan penyakit virus corona yang parah di seluruh China.
Seperti yang diketahui, laporan penyebaran COVID yang parah di China terjadi setelah negara itu melonggarkan kebijakan "nol COVID".
WHO memperingatkan, tingkat vaksinasi yang lambat dapat mengakibatkan sejumlah besar orang yang rentan terinfeksi.
Baca Juga: Angka Kematian Covid-19 China Diramal Bisa Mendekati 1 Juta Orang di 2023
Melansir Associate Press, pada konferensi pers yang digelar Rabu (21/12/2022), Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan badan PBB membutuhkan lebih banyak informasi tentang tingkat keparahan COVID-19 di China. Hal ini terutama mengenai penerimaan rumah sakit dan unit perawatan intensif, untuk membuat penilaian risiko yang komprehensif dari situasi tersebut.
“WHO sangat prihatin dan cemas dengan perkembangan situasi di China dengan meningkatnya laporan penyakit parah,” kata Tedros.
Dia menambahkan, meskipun kematian akibat COVID telah turun lebih dari 90% sejak puncak globalnya, masih ada terlalu banyak ketidakpastian tentang virus tersebut untuk menyimpulkan bahwa pandemi telah berakhir.