kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kasus virus corona lebih banyak di Singapura ketimbang Hong Kong, ini jawabannya


Jumat, 14 Februari 2020 / 10:27 WIB
Kasus virus corona lebih banyak di Singapura ketimbang Hong Kong, ini jawabannya
ILUSTRASI. Ilustrasi virus corona. China Daily via REUTERS


Sumber: South China Morning Post,Channel News Asia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Pemerintah Singapura mengumumkan ditemukannya delapan kasus baru virus corona atau COVID-19. Dengan demikian, angka ini merupakan kasus virus corona baru terbanyak yang pernah diumumkan Kementerian Kesehatan Singapura (MOH).

Melansir Channelnewsasia.com, delapan kasus baru COVID-19 itu membuat jumlah total kasus di negeri Merlion menjadi 58. Ini sekaligus membawa Singapura dengan kasus virus corona terbanyak di luar China.

Sementara, total korban yang terinfeksi virus corona di Hong Kong sebanyak 53 kasus.

Baca Juga: Update Virus Corona: Terjangkit 64.291, meninggal 1.489,sembuh 6.982 (14/2-08.03 WIB)

Setidaknya di mata orang awam, Hong Kong sepertinya jauh lebih rentan daripada Singapura untuk penyebaran coronavirus. Sebab, Hong Kong memiliki 13 perbatasan dengan daratan China, di mana penyakit ini diperkirakan berasal dari pasar di Wuhan, provinsi Hubei. Sedangkan  Singapura lebih dari 3.500 km jauhnya.

Lalu, mengapa kedua tempat memiliki jumlah infeksi yang serupa?

Beberapa ahli menilai, hal ini sebagian karena standar deteksi kedua negara yang berbeda.

Baca Juga: Jumlah kasus virus corona meroket 10 kali lipat, ini penyebab utamanya

Mengutip South China Morning Post, para ahli kesehatan mengatakan pemerintah Singapura melakukan pendekatan aktif yang menyapu bersih masyarakat mereka yang terkena dampak virus corona. Itu sebabnya, jumlah kasusnya yang relatif tinggi.

Sementara, jumlah yang relatif rendah di Hong Kong mungkin berarti ada warga yang terinfeksi namun tidak terdeteksi dalam masyarakat.

Leong Hoe Nam, seorang ahli penyakit menular di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena, melihat Singapura mendeteksi lebih banyak kasus karena pemerintah memberikan insentif bagi warga untuk melapor ketika mereka sakit, dan warga pada umumnya memercayai pemerintah.

Misalnya, kementerian kesehatan memberikan bantuan keuangan kepada warga Singapura, penduduk tetap, dan pemegang izin kerja yang dikarantina, seperti memberikan S$ 100 (US $ 70) untuk wiraswasta, dan kepada pengusaha yang diisolasi.

Dia menambahkan bahwa jika warga Singapura terdeteksi sakit akibat virus corona, mereka bisa mendapatkan perawatan medis gratis.

Baca Juga: Berita duka, Jepang laporkan kematian pertama pasien virus corona

"Kamu sama sekali tidak berubah, jadi tidak ada alasan untuk menjauh dan bersembunyi," kata Leong. "Pada dasarnya, ini adalah kartu yang bebas dari penjara, dan idenya adalah untuk menarik setiap [potensi] kasus ke tempat terbuka dan diuji."

Pihak berwenang Singapura telah mengidentifikasi tiga kemungkinan kluster: toko produk kesehatan yang melayani terutama wisatawan Tiongkok; sebuah gereja; dan acara bisnis di Grand Hyatt Singapura, di mana seorang Malaysia, dua warga Korea Selatan dan seorang warga Inggris diperkirakan telah terinfeksi.

Baca Juga: Jadi pusat virus corona, Vietnam isolasi satu desa berpenduduk 10.000 jiwa

Leong mengatakan, negara-negara tetangga Singapura cenderung memiliki lebih banyak kasus tetapi mereka tidak "terlihat cukup keras" untuk mencari.

Warga Singapura juga percaya bahwa pemerintah akan memberikan perawatan kesehatan yang berkualitas, kata Lim.

"Jika orang percaya bahwa fasilitas karantina layak dan bahwa mereka akan menerima perawatan yang tepat, mereka akan lebih mungkin untuk maju," katanya.

Kementerian pembangunan nasional mengatakan sekitar 370 orang saat ini berada di fasilitas karantina pemerintah, yang berkapasitas 1.000 orang.

Sementara itu, di Hong Kong, pihak berwenang berebut untuk memastikan ada tempat karantina yang memadai. Di sisi lain, Kepala Eksekutif Carrie Lam Cheng Yuet-ngor - dalam menghadapi kemarahan publik - mundur dari rencana untuk menawarkan perawatan gratis di kota kepada penduduk daratan dan siapa pun yang memerlukan rawat inap karena virus corona. Dia mengatakan rumah sakit umum akan membebankan biaya medis penuh kepada semua yang bukan warga Hong Kong.

Baca Juga: Sektor pariwisata kena dampak virus corona, Indonesia bidik pasar di luar China

Ribuan pekerja medis di Hong Kong juga melakukan aksi mogok kerja pada pekan lalu untuk menuntut pelarangan masuknya warga dari China daratan. Mereka khawatir bahwa rumah sakit akan kewalahan oleh kasus-kasus baru karena orang China daratan berusaha menggunakan sistem perawatan kesehatan Hong Kong.

Ada juga protes terhadap penggunaan perumahan tertentu sebagai fasilitas potensial untuk karantina.

Baca Juga: Delapan lagi terjangkit virus corona, total kasus di Singapura jadi 58

Presiden Serikat Dokter Hong Kong Henry Yeung Chiu-fat mengatakan warga Hongkong telah kehilangan kepercayaan pada pemerintahan Carrie Lam. Hal ini berawal dari protes anti-pemerintah terhadap RUU ekstradisi yang sekarang sudah ditarik kembali. Berbagai langkah oleh pemerintah Hong Kong terkait penyebaran virus corona telah memperburuk situasi.




TERBARU

[X]
×