Sumber: Bloomberg |
WASHINGTON. Para pemilik modal akan menghadapi masa-masa lebih sulit untuk menjalankan kebijakan The Federal Reserve. Pasalnya, hari ini para pejabat di The Fed telah mengganti suku bunga acuan dengan program kredit darurat sebagai perangkat utama mereka untuk meyetir perekonomian.
Tanpa suku bunga sebagai alat ukur kebijakan utama mereka, Chairman Ben S. Bernanke dam the Federal Open Market Committee (FOMC) juga akan kesulitan untuk mengantisipasi dampak dari pernyataan mereka dalam pasar finansial selama krisis kredit berlangsung.
"Ini bukan hanya menjadi lebih sulit bagi mereka untuk memprediksi, tetapi juga menjadi lebih sulit bagi mereka untuk menarik US$ 1 triliun dari The Fed untuk memulihkan kredit," tukas Keith Hembre, Fed Researcher terdahulu, yang kini menjadi Chief Economist untuk FAF Advisors Inc. di Minneapolis.
Fokus anyar dalam perubahan ukuran dan komposisi aset bank sentral menyulitkan para pemangku kebijakan untuk mengembalikan kepercayaan di pasar obligasi maupun saham. Misalnya, kepercayaan dibutuhkan setelah saham-saham finansial tumbang 29% dan tingkat pengangguran menyentuh levelnya yang paling tinggi dalam 16 tahun terakhir ini sejak the Fed memangkas bunganya menjadi 0,25% pada Desember lalu.
Bank sentral, yang mengejar kebijakan untuk meringankan kredit, kemungkinan tidak akan mengubah suku bunga pinjamannya hari ini hingga akhir tahun nanti. Prediksi ini muncul dari perkiraan tengah sejumlah analis yang disurvei oleh Bloomberg News.
Artinya, analis tidak bisa mendasarkan prediksi mereka untuk keputusan The Fed dalam tingkat suku bunga yang simpel untuk yang pertama kalinya sejak FOMC mulai merilis pernyataan kebijakannya pada tahun 1994.
"Ini bukan lagi "multiple choice", tetapi "essay question"," kata RBS Greenwich Capital Chief Economist Stephen Stanley.
Hari Rabu ini, FOMC akan merilis pernyataan mereka pada pukul 14.15 waktu Washington sebagai hasil dari pertemuan dua-hari.













