Sumber: Bloomberg | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
Lambatnya perkembangan senjata hipersonik AS ini mendorong perdebatan panas ketika Menteri Pertahanan Lloyd Austin menyampaikan laporannya di hadapan Komite Angkatan Bersenjata DPR pada Selasa (5/4).
Sejumlah anggota parlemen bahkan menyadari bahwa saat ini AS telah tertinggal dari musuh mereka.
Bloomberg mencatat, Lockheed Martin mendapatkan kontrak pengembangan awal senilai US$ 480 juta pada April 2018, yang kemudian dinaikkan menjadi US$ 986 juta di Desember 2019.
Secara keseluruhan, Angkatan Udara AS telah menerima anggaran mencapai US$ 1,4 miliar untuk pengembangan senjata hipersonik pertamanya.
Menurut rencana lima tahunan mereka, Angkatan Udara AS hanya menganggarkan US$ 46 juta dalam pendanaan pengadaan dalam permintaan fiskal 2023. Dengan persetujuan Kongres, dana tersebut bisa dialihkan ke program penelitian lanjutan.