kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kembali Tunda Senjata Hipersonik, AS Makin Tertinggal dari China dan Rusia


Kamis, 07 April 2022 / 12:48 WIB
Kembali Tunda Senjata Hipersonik, AS Makin Tertinggal dari China dan Rusia
ILUSTRASI. Uji coba rudal hipersonik Tsirkon dari fregat Admiral Gorshkov?dari Armada Utara Rusia di Laut Putih, 6 Oktober 2020.


Sumber: Bloomberg | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Di bawah jadwal baru, waktu perkenalan senjata hipersonik pertama AS mundur satu tahun dari rencana awal. Ini membuat AS semakin tertinggal dari China dan Rusia.

Dilansir dari Bloomberg (7/4), Angkatan Udara AS menyebutkan, akan mendeklarasikan kemampuan operasional awal senjata hipersonik pada tahun fiskal berikutnya. Berdasarkan jadwal awal, senjata rencananya meluncur pada 30 September 2022.

Senjata hipersonik AS, atau disebut Air-Launched Rapid Response Weapon (ARRW), Pentagon mengharapkan, bisa menjadi senjata hipersonik operasional pertama negeri paman Sam.

Bulan lalu, Rusia memulai debutnya dengan meluncurkan rudal hipersonik jenis udara-ke-darat dalam serangan di Ukraina. Sementara Juli tahun lalu, China menembakkan rudal hipersonik dalam uji coba dari orbit Bumi menuju target yang ada di Bumi.

Baca Juga: AS Mengaku Telah Menghapus Malware dari Internet Dunia untuk Mencegah Serangan Rusia

Rudal hipersonik AS, yang diproduksi oleh Lockheed Martin, mengalami kegagalan dalam tiga tes motor booster secara berturut-turut tahun lalu.

Tahun ini, Angkatan Udara AS memutuskan untuk menggeser waktu peluncuran pada tahun fiskal berikutnya karena ditemukan anomali dalam uji terbang baru-baru ini.

Angkatan Udara AS mengatakan, akan siap mendeklarasikan kemampuan operasional awal senjata hipersonik mereka setelah demonstrasi utilitas operasional yang sukses dan melalui uji coba rudal lengkap setelah demonstrasi booster.

Setelahnya, jika senjata dianggap memiliki kemampuan tempur terbaru, maka unit rudal uji coba lainnya akan dapat digunakan dalam keadaan darurat karena Angkatan Udara telah menunda keputusan produksi formal.

Penundaan ARRW sejauh ini belum mengungkapkan masalah mendasar, kecuali ada kesulitan mengenai cara kerja senjata dengan bomber B-52H yang akan meluncurkannya.

Baca Juga: AS Siapkan Perangkat Pertahanan Udara untuk Taiwan Senilai US$ 95 Juta

Lambatnya perkembangan senjata hipersonik AS ini mendorong perdebatan panas ketika Menteri Pertahanan Lloyd Austin menyampaikan laporannya di hadapan Komite Angkatan Bersenjata DPR pada Selasa (5/4).

Sejumlah anggota parlemen bahkan menyadari bahwa saat ini AS telah tertinggal dari musuh mereka.

Bloomberg mencatat, Lockheed Martin mendapatkan kontrak pengembangan awal senilai US$ 480 juta pada April 2018, yang kemudian dinaikkan menjadi US$ 986 juta di Desember 2019.

Secara keseluruhan, Angkatan Udara AS telah menerima anggaran mencapai US$ 1,4 miliar untuk pengembangan senjata hipersonik pertamanya.

Menurut rencana lima tahunan mereka, Angkatan Udara AS hanya menganggarkan US$ 46 juta dalam pendanaan pengadaan dalam permintaan fiskal 2023. Dengan persetujuan Kongres, dana tersebut bisa dialihkan ke program penelitian lanjutan.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×