kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   18.000   1,19%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Kenaikan harga pangan dan bahan bakar mengancam Myanmar pasca kudeta


Selasa, 16 Maret 2021 / 15:21 WIB
Kenaikan harga pangan dan bahan bakar mengancam Myanmar pasca kudeta
ILUSTRASI. Aksi protes malam anti-kudeta di persimpangan Hledan di Yangon, Myanmar, 14 Maret 2021. (REUTERS / Stringer)


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - YANGON. Badan Pangan PBB mulai khawatir dengan ancaman kenaikan harga pangan dan bahan bakar akan segera dihadapi Myanmar menyusul krisis politik akibat kudeta militer awal Februari lalu.

World Food Programme (WFP) mengatakan bahwa kudeta militer yang dimulai 1 Februari lalu berisiko merusak kemampuan keluarga miskin untuk menghidupi diri sendiri.

Dilansir dari Reuters, harga minya sawit melonjak hingga 20% lebih tinggi di beberapa tempat di sekitar ibu kota Yangon sejak awal Februari. Sementara harga beras naik 4% di daerah Yangon dan Mandalay sejak akhir Februari.

Baca Juga: Pabrik milik China dibakar, 39 orang tewas di Myanmar

Di beberapa bagian Negara Bagian Kachin di utara, WFP mencatat kenaikan harga beras hingga 35%, sedangkan  harga minyak goreng dan kacang-kacangan naik tajam di beberapa bagian Negara Bagian Rakhine di barat.

Sejak kudeta terjadi, rangkaian aksi unjuk rasa pecah di seluruh penjuru negeri Myanmar, bahkan di sejumlah negara lain. Bahkan muncul aksi mogok kerja di beberapa sektor vital seperti instansi pemerintahan hingga rumah sakit.

Harga bahan bakar secara nasional telah meningkat sebesar 15% sejak 1 Februari dan dikhawatirkan akan terus melonjak di waktu mendatang.

"Kenikan harga pangan dan bahan bakar ini diperparah oleh sektor perbankan yang hampir lumpuh, perlambatan pengiriman uang, dan batasan luas pada ketersediaan uang tunai," ungkap WFP seperti dilansir Reuters.

Baca Juga: PBB: 70 orang tewas sejak kudeta militer berjalan di Myanmar



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×