Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
Direktur WFP, Stephen Anderson, mengatakan bahwa tanda-tanda krisis tersebut sangat mengganggu Myanmar secara menyeluruh karena masalah Covid-19 juga belum bisa teratasi.
"Jika tren negatif ini terus berlanjut setelah pandemi Covid-19 usai, maka hal ini akan sangat merusak kemampuan masyarakat miskin untuk menyediakan makanan yang cukup di meja keluarga," kata Anderson.
WFP telah hadir cukup lama di Myanmar, setidaknya selama dekade terakhir. Badan PBB ini melaporkan telah mendukung lebih dari 360.000 orang di Myanmar, kebanyakan dari mereka mengungsi akibat serangkaian konflik yang terjadi.
"Di WFP kami tahu betul bagaimana kelaparan dapat dengan ccepat terjadi ketika perdamaian dan dialog dikesampingkan," lanjut Anderson.
Myanmar yang dulu sempat menjadi lumbung beras utama Asia, kini termasuk ke dalam golongan negara termiskin di kawasan itu sejak militer merebut kekuasaan dalam kudeta tahun 1962.
Pemberlakuan kebijakan menuju sosialisme yang autarkis cukup menyengsarakan Myanmar. Kondisi mulai membaik, bahkan perekonomian berkembang pesat, setelah militer mulai menarik diri dari politik satu dekade lalu.