Sumber: Channel News Asia | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
Beberapa bulan terakhir kedua negara juga sibuk berdebat tentang siapa yang harus disalahkan atas virus corona, China sebagai tempat kemunculan pertama, atau AS yang saat ini menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak.
Hubungan juga makin memburuk akibat sikap keras China terhadap Hong Kong melalui disahkannya Undang-Undang Keamanan Nasional.
Kebijakan ini direspons AS dengan menjatuhkan sanksi, termasuk dilarangnya aplikasi China seperti TikTok dan WeChat untuk beroperasi di AS.
Terkait dengan dinamika hubungan ini, Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer, pada bulan Juni mengatakan bahwa China tetap akan melanjutkan komitmennya sesuai dengan kesepakatan yang sudah tercapai.
Baca Juga: China: AS menginginkan Perang Dingin tapi kami tidak tertarik
Namun tidak lama setelah itu, Dewan Negara China justru mengeluarkan pernyataan bahwa pandemi Covid-19 telah memberi dampak pada kesepakatan dan hubungan baik antara negara-negara.
Walaupun tidak secara jelas menyebutkan AS, tetapi pernyataan tersebut dinilai sebagai sebuah kode bahwa hubungan kedua negara sedang tidak baik-baik saja.
Hal ini didukung oleh data dari Peterson Institute for International Economics, yang menyatakan bahwa pembelian sektor pertanian China dari AS pada bulan Juni masih jauh dari kesepakatan awal.
China hanya mencatat 39% dari target tengah tahun mereka. Di sisi lain, China mengklaim sudah memenuhi 48% target.
Kelanjutan dari kesepakatan gencatan senjata pada perang dagang kedua negara akan bisa kita ketahui setelah pertemuan hari Sabtu berlangsung.
Baca Juga: Perusahaan AS khawatir instruksi Trump atas WeChat berefek buruk bagi bisnis