Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Pensiunan Jenderal AS Ben Hodges, yang memimpin pasukan tentara AS di Eropa dari 2014 hingga 2017, mengatakan kepada Reuters bahwa dia berharap rencana strategis itu akan mengarah pada lebih banyak koherensi dalam pertahanan kolektif NATO, yang berarti lebih banyak sumber daya untuk wilayah Laut Hitam.
“Bagi saya, ini adalah titik nyala yang lebih mungkin daripada Baltik,” kata Hodges, mencatat lebih sedikit sekutu besar seperti Inggris dan Prancis dengan kehadiran kuat di Laut Hitam, dan Turki lebih fokus pada konflik di Suriah.
Jamie Shea, mantan pejabat senior NATO yang sekarang di think-tank Friends of Europe di Brussels, mengatakan rencana itu mungkin juga membantu memperkuat fokus pada Rusia pada saat Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis sedang mengembangkan strategi Indo-Pasifik.
Sekutu berusaha untuk meningkatkan kehadiran mereka di Indo-Pasifik dan melawan kekuatan militer China yang meningkat, mengerahkan lebih banyak kapal untuk menjaga rute laut terbuka.
“Asumsinya sampai sekarang, adalah bahwa Rusia adalah gangguan, tetapi itu bukan ancaman yang akan segera terjadi. Tetapi Rusia melakukan beberapa hal yang mengkhawatirkan, mereka berlatih dengan robotika dan rudal jelajah hipersonik memang bisa sangat mengganggu,” kata Shea.