Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORK. Ekonomi dunia yang lesu darah menjadi momok yang menggerus kinerja korporasi besar dunia sampai kuartal II 2016. Meski demikian, ada juga sektor industri yang kinerjanya masih bersinar. Salah satunya, bisnis ritel utamanya yang berbasis e-commerce.
Ambil contoh Amazon.com Inc. Perusahaan e-commerce asal Amerika Serikat (AS) ini di kuartal II 2016 bisa mencetak kenaikan pendapatan 31% menjadi US$ 30,4 miliar dari periode sama tahun 2015 senilai US$ 23,19 miliar.
Adapun laba Amazon melonjak menjadi US$ 857 juta atau setara US$ 1,78 per saham, dari tahun sebelumnya sebesar US$ 92 juta. Kinerja ini jauh melebihi proyeksi analis hasil survei Reuters, yang menebak pendapatan Amazon sebesar US$ 29,55 miliar dan laba US$ 1,11 per saham.
"Amazon telah membuktikan kemampuannya mencetak laba," ujar Mark Mahaney, analis RBC Capital Markets.
Raksasa e-commerce China, Alibaba Group Holdings yang baru merilis kinerja, kemarin, juga menuai hasil memuaskan.
Seperti dilansir Reuters, hingga kuartal II 2016 pendapatan Alibaba melejit 59% menjadi 32,15 miliar yuan atau setara US$ 4,84 miliar. Adapun raksasa ritel dunia, Walmart Stores Inc memang belum merilis kinerja kuartal II. Namun di kuartal I 2016, penjualan Walmart naik 1,49% menjadi US$ 115,90 miliar dari US$ 114,2 miliar.
Tahun sebelumnya, penjualan Walmart hanya tumbuh 0,8%. Namun, laba Walmart harus susut menjadi US$ 3,08 miliar dari sebelumnya US$ 3,6 miliar. Demi mendongkrak kinerja, Walmart kini tengah membidik peritel online Jet.com senilai US$ 3.3 miliar. Tujuannya akuisisi ini adalah untuk menandingi sepak terjang sang pesaing, Amazon.
Tambang dan otomotif Sementara sektor pertambangan dan manufaktur kondisinya kurang menggembirakan. Perusahaan migas terbesar dunia, Exxon Mobil Corp di kuartal II 2016 hanya bisa mencetak penurunan laba 59% menjadi US$ 1,7 miliar.
"Kinerja kami mencerminkan keuntungan bisnis migas yang terus menguap," jelas Rex W Tillerson, Chairman sekaligus CEO Exxon Mobil dalam situs resmi Exxon.
Nasib Chevron Corporation lebih tragis. Perusahaan ini mencetak kerugian US$ 1,47 miliar. Padahal di kuartal II 2015, Chevron masih membukukan laba sebesar US$ 571 juta. John Watson, Chairman sekaligus CEO Chevron Corporation akan berupaya menyeimbangkan beban dan pendapatan perusahaan.
"Biaya operasional dan belanja modal sudah dipangkas hingga US$ 6 miliar pada enam bulan pertama 2016," ucapnya di website Chevron.
Dari otomotif, kondisinya juga masih lesu. Volkswagen (VW) sebagai penguasa pasar kendaraan roda empat membukukan penurunan laba hingga 55,56% menjadi € 1,2 miliar dari sebelumnya € 2,7 miliar. Selain permintaan global yang turun, skandal emisi gas buang juga menekan kinerja.