Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Kinerja ekspor Korea Selatan menunjukkan penurunan pada April 2023. Adapun capaian ekspor utama turun 14,2%, melebihi perkiraan ekonom yang sebesar 12,2%.
Melansir Bloomberg, Senin (1/5), data Bea Cukai Korea Selatan menunjukkan ekspor Korea Selatan ke Eropa meningkat dan pengiriman ke China menurun begitu dalam. Secara rinci, ekspor Korea Selatan ke Eropa naik 9,9% pada April 2023 jika dibandingkan tahun lalu. Adapun ekspor ke China turun 26,5% dan ekspor ke AS turun 4,4%.
Penurunan keseluruhan dipengaruhi menurunnya ekspor produk unggulan, seperti chip semikonduktor dan smartphone, khususnya ke China, dampak dari ketidakpastian global.
Disebutkan ekspor chip turun lebih dalam 41% pada April 2023. Adapun pada Maret 2023 telah menurun 34,5%. Hal itu menunjukkan permintaan sektor teknologi global masih terbilang lemah.
Baca Juga: Midea Tengah Menjajaki Potensi untuk Mengakuisisi Electrolux
Meskipun demikian, para ekonom dan eksekutif di sektor teknologi berharap ada rebound dalam penjualan chip semikonduktor di semester kedua tahun ini.
Sementara itu, Korea Selatan berhasil mengambil keuntungan dari ekspor mobil yang melonjak naik lebih dari 40%. Ditambah ekspor kapal juga melonjak mendekati angka 60%. Berdasarkan data tersebut, bukan tidak mungkin Korea Selatan yang sangat mengandalkan ekspor dalam menopang perekonomian akan mengubah haluannya dari China ke Eropa di masa mendatang.
Sementara itu, impor Korea Selatan secara keseluruhan turun 13,3%. Alhasil dengan data ekspor dan impor tersebut, Korea Selatan mencatatkan defisit neraca perdagangan sebesar US$ 2,62 miliar pada April 2023.
Sebenarnya penurunan ekspor tersebut sudah diprediksi Gubernur Bank of Korea Rhee Chang-yong sebelumnya. Dia menyampaikan adanya ketidakpastian ekonomi global, gejolak sektor perbankan Amerika Serikat (AS), dan ketegangan perdagangan antara AS dengan China akan memengaruhi sektor perdagangan Korea Selatan.
Di sisi lain, mata uang Korea Selatan, won, juga telah menjadi korban lemahnya perdagangan. Won jatuh lebih dari 5% terhadap dolar tahun ini, tertinggal jauh di belakang semua mata uang Asia.