kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Kinerja Perusahaan Global Tertekan Kondisi Ekonomi China dan Suku Bunga


Selasa, 30 Juli 2024 / 17:58 WIB
Kinerja Perusahaan Global Tertekan Kondisi Ekonomi China dan Suku Bunga
ILUSTRASI. A trader exits the trading floor as a screen displays the Dow Jones Industrial Average at the end of the trading day on the floor of the New York Stock Exchange (NYSE) in New York City, U.S., September 22, 2021. REUTERS/Brendan McDermid


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Perusahaan di seluruh dunia menurunkan target penjualan dan laba 2024 karena suku bunga tinggi. Tak hanya itu, pelemahan ekonomi China jadi sentimen buruk bagi konsumsi global. 

Sejumlah perusahaan ternama mengumumkan laporan keuangan yang mengecewakan investor. Beberapa perusahaan tersebut di antaranya McDonald's, produsen mobil Nissan dan Tesla, serta produsen barang konsumsi Nestle dan Unilever. Hanya sekitar 40% perusahaan Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang melaporkan laba sesuai harapan. 

McDonald's melaporkan penurunan penjualan pertama dalam 13 kuartal, akibat melemahnya ekonomi China.  Unilever, Visa dan Aston Martin juga menyebut melemahnya ekonomi China menjadi penyebab penurunan kinerja. 

Baca Juga: Setelah Fitch, S&P Pangkas Peringkat Bangladesh Jadi B+

Analis juga telah memperingatkan permintaan dari Asia tidak mungkin berbalik dalam waktu dekat, karena penurunan properti dan ketidakpastian ketenagakerjaan di China membebani konsumen. "Orang China tidak mau berbelanja karena mereka takut dengan masa depan," kata Stefan-Guenter Bauknecht, Manajer Portofolio DWS, dikutip Reuters, kemarin. 

Bauknecht menyebut, hingga pertumbuhan membaik, China akan terus menjadi penyebab perusahaan mencetak kinerja di bawah ekspektasi.

Menurut data LSEG, laba per saham emiten AS naik 12% dari tahun lalu. Ini kenaikan laba tertinggi dalam 10 kuartal terakhir. Tapi, perusahaan AS juga mengurangi proyeksi laba pada kuartal ketiga menjadi naik 7,3% secara tahunan. 

Di awal Juli 2024, konsensus analis masih memprediksi laba naik 8,6%. "Meski hasil kuartal II secara keseluruhan lumayan, pasar khawatir dengan tanda-tanda stres konsumen," kata tim analis Bank of America dalam riset. 

Sementara laba perusahaan Eropa naik 4%. Ini sedikit di atas ekspektasi pasar karena pertumbuhan ekonomi Eropa yang positif untuk pertama kali sejak 2022.

Baca Juga: Efek Boikot, Angka Penjualan McDonald's Anjlok Secara Global

Pertumbuhan pendapatan nampak dari sektor teknologi, antara lain karena bisnis komputasi awan milik Alphabet membuahkan hasil positif. Produsen cip di Asia juga lebih optimistis permintaan akan tinggi berkat booming AI global. 

"AI sangat populer saat ini, semua orang, semua pelanggan ingin memasukkan fungsionalitas AI ke dalam perangkat mereka," kata Chairman dan CEO TSMC C.C. Wei. 



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×