Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Toyota Motor Corp memastikan tidak menghadapi kekurangan chip dalam waktu dekat akibat pembatasan ekspor China terhadap produk chipmaker Nexperia.
Namun, perusahaan tetap waspada terhadap potensi gangguan rantai pasok yang bisa berdampak pada produksi.
“Saya memang melihat ada risiko, tapi bukan berarti kita akan mengalami kekurangan chip besok,” ujar CEO Toyota, Koji Sato, kepada wartawan di ajang Japan Mobility Show di Tokyo, Rabu (30/10/2025).
Baca Juga: Didorong Permintaan di AS, Produksi Toyota Naik 11% pada September
Sato menambahkan, meski isu tersebut berpotensi mempengaruhi produksi, Toyota tidak akan langsung menghadapi krisis pasokan besar-besaran.
Sebagaimana diketahui, industri otomotif global kini tengah berlomba mengamankan pasokan chip dan meninjau ulang stok mereka menyusul kekhawatiran krisis pasokan yang semakin dalam terkait Nexperia.
China sebelumnya melarang ekspor produk Nexperia setelah pemerintah Belanda mengambil alih kendali perusahaan tersebut bulan lalu.
Langkah itu diambil karena kekhawatiran atas potensi transfer teknologi ke induk usaha Nexperia di China, Wingtech, yang telah ditandai oleh Amerika Serikat sebagai potensi risiko keamanan nasional.
Baca Juga: 10 Mobil dengan Harga Bekas Tertinggi di Tahun 2025: Toyota Mendominasi
Menurut Sato, industri otomotif Jepang secara keseluruhan kini berupaya menstandarkan penggunaan chip lama (legacy chips) agar tidak kembali mengalami kekurangan parah seperti saat pandemi, ketika ketergantungan pada semikonduktor khusus (custom chips) membuat produsen mobil sangat rentan.
Pernyataan Sato muncul tak lama setelah Nissan mengumumkan masih memiliki persediaan chip yang cukup hingga pekan pertama November tanpa gangguan produksi—hanya tinggal hitungan hari.
Di sisi lain, Sato juga menegaskan Toyota tidak berencana menaikkan harga penawaran tender untuk Toyota Industries Corp dalam rencana akuisisi penuh perusahaan tersebut.
Baca Juga: Toyota Umumkan Akuisisi US$24,6 Miliar Toyota Industries, Mulai 2026
Sebagai informasi, grup Toyota pada Juni lalu mengumumkan rencana untuk membawa Toyota Industries menjadi perusahaan tertutup melalui skema holding company yang melibatkan Toyota Motor, Toyota Fudosan, dan Chairman Akio Toyoda.
Harga penawaran tender sebesar ¥16.300 per saham (sekitar US$108,10) memang lebih tinggi dibanding rata-rata historis sebelum pengumuman, namun lebih rendah dibanding harga saham sehari sebelum kabar itu muncul.
Sejumlah investor pun mengeluhkan bahwa penawaran tersebut dinilai terlalu rendah.
Transaksi ini merupakan bagian dari restrukturisasi besar di dalam grup Toyota, khususnya untuk membawa produsen forklift dan pemasok utama Toyota tersebut di bawah kontrol penuh.
Baca Juga: Toyota Akan Produksi SUV Listrik di Pabrik Kentucky, Hentikan Lexus ES
Sato menegaskan, proses buyout akan dilakukan secara transparan dengan memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas.
“Kami ingin memastikan semua pemangku kepentingan memahami langkah ini dengan baik, bukan sekadar mempercepat prosesnya,” ujarnya.













