Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Para pemimpin militer China dikabarkan tengah berupaya keras agar anggaran militer mereka ditingkatkan saat diumumkan di Kongres Rakyat Nasional yang dimulai pada hari Jumat mendatang.
Seorang sumber South China Morning Post menyebut, alasan kenaikan anggaran adalah China membutuhkan lebih banyak sumber daya untuk mengatasi tantangan yang tidak stabil di dalam dan luar negeri. Akan tetapi, daftar alasan teratas adalah konfrontasi yang berkembang dengan AS.
Mengutip South China Morning Post, hubungan China-AS telah mencapai titik terendah di tengah perang dagang, pertengkaran atas kebebasan sipil dan Taiwan, serta konflik atas klaim teritorial Beijing di Laut China Selatan. Ada pula perselisihan soal asal-usul pandemi Covid-19 antara Beijing dan Washington.
Baca Juga: Pangkas anggaran militer, posisi Indonesia di Laut China Selatan rentan atas Tiongkok
Dari sudut pandang Beijing, ancaman militer muncul di ambang pintu di mana pesawat pembom AS melakukan sekitar 40 penerbangan di atas wilayah yang diperebutkan di Laut China Selatan dan China Timur sepanjang tahun ini. Jumlah tersebut naik tiga kali lipat lebih dari jumlah penerbangan pada periode yang sama tahun 2019.
Baca Juga: Bikin China berang, koalisi 62 negara termasuk Indonesia dorong penyelidikan corona
Kapal perang Angkatan Laut AS juga telah berlayar di daerah itu pada periode yang sama.
"Beijing merasa ancaman keamanan yang ditimbulkan oleh AS dan negara-negara asing lainnya meningkat, sehingga Tentara Pembebasan Rakyat menginginkan peningkatan anggaran untuk mendukung modernisasi militer dan pelatihan siap tempurnya," kata Song Zhongping, seorang komentator militer yang berbasis di Hong Kong kepada South China Morning Post.
Baca Juga: China sebut AS berusaha coreng dan fitnah Tiongkok, ini alasannya
Meskipun ukuran sebenarnya dari anggaran pertahanan Tiongkok adalah masalah perselisihan, sumber dari pihak militer China mengatakan bahwa PLA akan ingin menyamai atau melampaui tingkat pertumbuhan 7,5% tahun lalu karena ketegangan meningkat di beberapa bidang, termasuk gesekan dengan Taiwan.
Meski pertumbuhan pengeluaran militer itu tidak tampak aneh, namun hal tersebut bertolakbelakang dengan kondisi ekonomi domestik China yang sangat terpukul oleh wabah Covid-19 dan ancaman resesi global.
Baca Juga: Laut China Selatan memanas: ASEAN memilih diplomasi, Vietnam paling vokal
Pada akhir Maret, bank investasi China International Capital Corporation memangkas perkiraan pertumbuhan PDB riilnya untuk China pada 2020 menjadi 2,6% dari 6,1% pada Januari.
Data yang dihimpun South China Morning Post menunjukkan, Tiongkok mengumumkan pengeluaran militer senilai 1,18 triliun yuan (US$ 176 miliar) di NPC pada Maret 2019, yang merupakan nilai terbesar kedua di dunia setelah Amerika.
Tetapi Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm memperkirakan, pengeluaran pertahanan China mencapai US$ 261 miliar, sekitar sepertiga dari anggaran militer AS senilai US$ 732 miliar.
Baca Juga: China: AS gunakan kami untuk menghindari tanggungjawabnya
Lu Li-shih, mantan instruktur di akademi angkatan laut di Taiwan, mengatakan perselisihan antara Beijing dan Washington adalah yang terburuk sejak dimulainya kembali hubungan diplomatik pada 1970-an.
Sementara itu, Collin Koh, seorang peneliti di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam di Universitas Teknologi Nanyang Singapura, mengatakan PLA dan militer AS memiliki saluran komunikasi.
Baca Juga: Terpopuler: Teori konspirasi kematian dubes China, Laut China Selatan memanas
"Hubungan militer bilateral ... mungkin tidak selalu efektif, tetapi setidaknya berfungsi sebagai 'katup tekanan' yang ada untuk mencegah dan berpotensi mengurangi risiko yang timbul dari meningkatnya ketegangan antara Beijing dan Washington," kata Koh.