kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pangkas anggaran militer, posisi Indonesia di Laut China Selatan rentan atas Tiongkok


Rabu, 20 Mei 2020 / 09:00 WIB
Pangkas anggaran militer, posisi Indonesia di Laut China Selatan rentan atas Tiongkok
ILUSTRASI. Video capture KRI Tjiptadi-381 yang beroperasi di bawah kendali Gugus Tempur Laut (Guspurla) Koarmada I menghalau kapal Coast Guard China saat melakukan patroli di Laut Natuna Utara, Kepulauan Riau, Senin (30/12/2019). KRI Tjiptadi-381 menghalau kapal Coa


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Wabah Covid-19 memukul keras perekonomian Asia Tenggara. Untuk mengantisipasi guncangan yang lebih besar lagi, beberapa negara memutuskan untuk memotong pengeluaran pertahanan.

Indonesia, misalnya, telah mengumumkan akan memangkas anggaran pertahanannya tahun ini hampir U$ 588 juta. Thailand juga telah mengurangi alokasi pertahanannya sebesar US$ 555 juta. Malaysia, Vietnam, dan Filipina semuanya menghadapi tekanan serupa.

Melansir The Interpreter, semua negara ini adalah kekuatan maritim utama di kawasan ini. Lebih sedikit pengeluaran pertahanan berarti akan lebih sedikit patroli di laut. Filipina telah memutuskan untuk membatalkan latihan tahunan Baltikatan 2020, yang akan melibatkan latihan dengan angkatan laut AS dan Australia.

Informasi saja, The Interpreter diterbitkan oleh Lowy Institute, sebuah lembaga think tank independen yang berpusat di Sydney. 

Baca Juga: AS-China kerahkan kapal perang, ini kronologi tingginya tensi di Laut China Selatan

Namun pemangkasan anggaran ini terjadi pada saat ancaman keamanan maritim tumbuh di wilayah tersebut. Jika ada, pandemi telah membuat bahaya keamanan di kawasan semakin menjadi-jadi.

Dalam beberapa bulan terakhir di tengah wabah virus corona, pasukan angkatan laut China dilaporkan telah melakukan manuver intens di Laut China Selatan, tempat terjadinya beberapa klaim teritorial yang tumpang tindih dan sengketa.

Haiyang Dizhi 8, kapal penelitian pemerintah China, melakukan survei di dekat Capella Barat Malaysia yang dioperasikan Petronas. Hal ini menciptakan ketegangan dengan pemerintah Malaysia. 

Baca Juga: Raja Malaysia: Perhatikan peningkatan aktivitas kekuatan besar di Laut China Selatan

Dalam insiden lain, kapal penangkap ikan Vietnam ditenggelamkan oleh kapal pengawas maritim Tiongkok di perairan yang disengketakan.




TERBARU

[X]
×