Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan virus seperti flu sebagai keadaan darurat global dan para ahli mengatakan masih banyak yang tidak diketahui tentang patogen, termasuk tingkat kematian dan jalur penularannya.
Ketidakpastian semacam itu telah mendorong langkah ekstrem oleh beberapa negara untuk membendung penyebaran.
Australia mengirim ratusan pengungsi dari Wuhan ke sebuah pulau terpencil di Samudra Hindia. Sementara Jepang memerintahkan karantina sebuah kapal pesiar dengan lebih dari 3.000 penumpang setelah seorang pria Hong Kong yang berlayar di sana bulan lalu dinyatakan positif terkena virus.
Baca Juga: Pantau proses karantina WNI dari Wuhan, Menkes Terawan berkantor sementara di Natuna
Di Hong Kong, staf rumah sakit mengatakan korban pria berusia 39 tahun itu memiliki penyakit kronis yang sudah ada sebelumnya dan telah mengunjungi Wuhan pada Januari sebelum jatuh sakit.
Ratusan pekerja medis di bekas koloni Inggris itu mengadakan pemogokan hari kedua untuk mendesak penutupan penuh perbatasan kota dengan daratan China.
"Kami tidak mengancam pemerintah, kami hanya ingin mencegah wabah," kata Cheng, seorang perawat berusia 26 tahun di antara para pemogok.
Hong Kong yang merupakan pusat keuangan Asia telah mengonfirmasi 15 kasus virus dan jaringan rumah sakit umum sedang berjuang untuk mengatasi banjir pasien dan langkah-langkah untuk mengatasi epidemi.
Hong Kong dilanda serangan parah Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS), virus corona jenis lain yang muncul dari China pada tahun 2002 yang membunuh hampir 800 orang di seluruh dunia. Data WHO menunjukkan, SARS menewaskan 299 orang di Hong Kong saat itu.
Baca Juga: Hong Kong mencatat kematian pertama akibat virus corona