Reporter: Sopia Siregar, Bloomberg | Editor: Uji Agung Santosa
SEOUL. Bank Sentral Korea atau Bank of Korea (BoK) menaikkan tingkat bunga acuan untuk pertama kali sejak krisis global tahun 2008. BoK, Jumat (9/7), menaikkan bunga acuan 25 basis poin (bps) dari 2% menjadi 2,25%.
Langkah Gubenur BoK Kim Choong Soo ini di luar dugaan. Sebab, hanya empat dari 14 ekonom yang disurvei Bloomberg yang memprediksi kenaikan bunga acuan itu.
Walau mengejutkan, dampak kebijakan ini positif terhadap nilai tukar won. Akhir pekan lalu, won mencapai level tertinggi dalam dua pekan. Korsel juga tidak sendirian, sebelumnya, India, Malaysia, dan Taiwan mengambil langkah serupa.
Tak heran, ekonom yakin kalau perekonomian Asia bakal terus bertumbuh, meski ada krisis di Eropa. Ekonom juga menilai langkah Kim didasari keyakinan kalau pertumbuhan ekonomi Korsel bakal lebih tinggi ketimbang tren suku bunga. Pemerintah akan mengeluarkan data ekonomi kuartalan bulan ini.
"Ini kebijakan moneter sebagai awal langkah penarikan stimulus. Kemungkinan di Agustus akan ada kenaikan 25 bps lagi. Bank sentral memberi sinyal tengah memerangi inflasi," ujar Hwang In Seong, wakil presiden Samsung Economic Research Institute
Ekonomi Korsel di kuartal II 2010 tumbuh 1% dari kuartal sebelumnya. Kim bilang, pertumbuhan telah memicu tekanan inflasi dari sisi demand. "Inflasi akan naik di atas target kami sebesar 3% tahun depan, kalau kami tidak berbuat apa-apa," imbuh Kim.
Kim menambahkan, bank sentral bakal segera melakukan penyesuaian bunga acuan kalau memang dibutuhkan. Sebab, bank sentral menyadari, krisis global belum sepenuhnya berlalu.
Indeks harga konsumen yang menggambarkan inflasi Korsel, di Juni tumbuh 2,6 dari periode yang sama tahun lalu. Inflasi Juni juga meningkat 2,7% ketimbang Mei. Bank sentral sendiri menargetkan inflasi rata-rata sekitar 2%-4% hingga tahun 2012 nanti.
Sedang inflasi produsen Korsel Juni, mencapai level tertinggi dalam 16 bulan, yakni 4,6%. Pemicunya kenaikan harga makanan dan bahan bakar.