Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Presiden sementara Korea Selatan pada Senin (10/3) memerintahkan pihak berwenang untuk berkomunikasi secara aktif dengan pemerintah AS guna menyelesaikan kesalahpahaman apa pun tentang tarif, setelah Presiden AS Donald Trump baru-baru ini menunjuk Korea Selatan karena menerapkan tarif tinggi.
Trump, yang telah memberi tahu tim ekonominya untuk menyiapkan rencana tarif timbal balik paling lambat awal April, dalam pidatonya di Kongres AS pekan lalu mengatakan bahwa tarif rata-rata Korea Selatan empat kali lebih tinggi daripada tarif Amerika Serikat, meskipun Washington telah memberikan bantuan militer dan bantuan lainnya kepada sekutunya di Asia tersebut.
"Penjabat Presiden Choi Sang-mok diperintahkan untuk secara aktif menjelaskan kepada AS tentang kesalahpahaman apa pun tentang tarif impor AS," kata kementerian keuangan dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Reuters, Senin (10/3).
Baca Juga: Inilah Produk-Produk AS yang Terkena Tarif Balasan Kanada
Korea Selatan mengenakan tarif tertinggi kedua di antara 15 mitra dagang AS teratas setelah India, tetapi untuk impor AS, hampir semua tarif dihapuskan berdasarkan perjanjian perdagangan bebas mereka yang pertama kali ditandatangani pada tahun 2007 dan direvisi pada tahun 2018 selama masa jabatan pertama Trump.
Pada tahun 2024, tarif efektif Korea Selatan atas impor AS mencapai 0,79%, menurut kementerian perdagangan Korea Selatan.
Choi mengatakan pemerintah juga akan meninjau langkah-langkah nontarif, yang menurut Trump akan dipertimbangkan dalam rencana tarif timbal baliknya.
Penjabat presiden meminta pejabat Korea Selatan untuk mempersiapkan konsultasi dengan AS mengenai kerja sama di sektor pembuatan kapal dan energi.
Baca Juga: Perdana Menteri Jepang: Tarif Dagang AS Mempersulit Investasi
Trump mengatakan dalam pidatonya bahwa Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara lain ingin bermitra dalam pembangunan jaringan pipa gas alam di Alaska.
Kementerian Perindustrian Korea Selatan mengatakan negara itu akan "terlibat aktif" dalam diskusi dengan AS mengenai proyek tersebut, meskipun belum ada rincian yang diputuskan.