Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Selatan melaporkan rekor harian virus corona (Covid-19) dengan 4.116 kasus baru. Rabu (24/11), Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) melaporkan, rekor tertinggi tersebut terjadi pada hari Selasa (23/11), di tengah rencana negara tersebut beralih ke skema "hidup dengan Covid-19".
Korea Selatan berniat mencabut aturan jarak yang ketat dan akhirnya membuka kembali ekonomi setelah mencapai tujuan vaksinasi bulan lalu.
Melihat wilayah metropolitan Seoul saja, situasinya cukup kritis untuk memberlakukan rencana darurat kapan saja, kata Perdana Menteri Kim Boo-kyum pada pertemuan tanggapan virus corona.
Dia meminta otoritas kesehatan untuk mengklasifikasikan pasien berdasarkan tingkat keparahan gejala dan menggunakan pilihan pengobatan sendiri untuk kasus ringan atau tanpa gejala.
Lebih lanjut Kim bilang, kurang dari 20% pasien Covid-19 merawat diri mereka sendiri di rumah pada minggu lalu.
KDCA telah mengatakan rencana darurat dapat diberlakukan jika dan ketika kapasitas tempat tidur ICU nasional melebihi 75% atau tergantung pada penilaian risiko yang meninjau kekurangan respon medis, lonjakan jumlah pasien lanjut usia dan pengambilan suntikan booster.
Baca Juga: Samsung bangun pabrik chip baru di AS senilai US$ 17 miliar
Rumah sakit merawat 586 pasien Covid-19 yang parah pada Selasa tengah malam, dengan cepat mengisi tempat tidur rumah sakit yang terbatas untuk kasus-kasus serius dan kritis. Berdasarkan data KDCA, lebih dari 85% dari mereka berusia 60 tahun ke atas.
Setidaknya 69% dari tempat tidur ICU terisi secara nasional dan 83% di ibu kota Seoul dan daerah sekitarnya saja, karena otoritas kesehatan telah bergegas untuk mengamankan lebih banyak tempat tidur mengeluarkan perintah administratif.
Meskipun angka rawat inap meningkat, angka kematian di negara ini masih relatif rendah yaitu 0,79%.
Korea Selatan adalah salah satu negara pertama yang mencatat kasus virus corona baru setelah muncul di China pada akhir 2019. Sejak itu memiliki 425.065 infeksi, dengan 3.363 kematian.
Negara ini telah sepenuhnya memvaksinasi 79,1% dari 52 juta penduduknya, sementara hanya 4,1% yang telah diberi dosis booster.
