Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan pada hari Senin (10/5/2021), dia melihat tahun terakhirnya menjabat sebagai presiden merupakan kesempatan terakhir untuk mencapai perdamaian abadi dengan Korea Utara.
Dia juga bilang, sudah waktunya untuk mengambil tindakan di tengah pembicaraan yang macet mengenai nuklir Pyongyang dan program rudal.
Pernyataan Moon, dalam pidatonya yang menandai tahun keempat masa kepresidenannya, datang menjelang pertemuan puncak pertamanya dengan Presiden AS Joe Biden di Washington pada 21 Mei mendatang.
Presiden Korea Selatan diperkirakan akan mendorong Amerika Serikat untuk menjalin hubungan dengan Korea Utara, meskipun Biden menunjukkan sedikit minat untuk menjadikan Korea Utara sebagai prioritas utama.
Baca Juga: Korea Utara sebut benda aneh di udara bisa bawa virus corona, ini alasannya
"Saya akan menganggap sisa satu tahun masa jabatan saya sebagai kesempatan terakhir untuk bergerak dari perdamaian yang tidak lengkap menuju perdamaian yang tidak bisa diubah," kata Moon. "Sekarang, waktu untuk musyawarah yang lama juga akan segera berakhir. Ini saatnya untuk mengambil tindakan."
Pemerintahan Biden mengatakan tawarannya ke Pyongyang belum dijawab, dan baru-baru ini menyelesaikan tinjauan kebijakan yang menyerukan pendekatan "praktis" dalam menggunakan diplomasi untuk menemukan tujuan yang dapat dicapai hingga akhirnya membujuk Korea Utara menyerahkan senjata nuklirnya.
Baca Juga: AS: Kim Jong Un bisa berusaha untuk menggunakan senjata pemusnah massal
Moon mengatakan, dia menyambut baik kesimpulan dari tinjauan kebijakan AS dan hal tersebut menunjukkan pandangan bahwa kebuntuan dalam dialog saat ini merupakan hal yang tidak diinginkan.
Biden, bagaimanapun, tidak menunjukkan tanda-tanda pelonggaran sanksi, yang telah menghambat upaya Moon untuk meluncurkan proyek ekonomi dan pariwisata dengan Korea Utara. Selain itu, Gedung Putih belum menunjuk utusan khusus untuk menangani masalah tersebut.
Kedua Korea juga terganggu oleh dampak dari pandemi virus corona yang sedang berlangsung.
Menghadapi penurunan jumlah jajak pendapat di dalam negeri, Moon berjanji pemerintah akan lebih meningkatkan pengeluaran fiskal jika diperlukan untuk meningkatkan lapangan kerja, karena negara itu menghadapi tingkat pengangguran terburuk dalam dua dekade.
Korea Utara mengklaim tidak memiliki kasus virus corona yang dikonfirmasi. Akan tetapi telah memberlakukan penguncian perbatasan yang ketat dan pembatasan pergerakan yang melumpuhkan perdagangan dan memperburuk masalah ekonomi di negara tersebut.
Baca Juga: Adik Kim Jong Un ancam Korea Selatan: Kami akan pertimbangkan tindakan yang sesuai!
Moon telah menjadikan keterlibatan dengan Korea Utara sebagai proyek utama dan tampaknya membuat kemajuan pada 2018 setelah melakukan pertemuan puncak dengan pemimpin Kim Jong Un. Akan tetapi, ketika Moon memasuki tahun terakhirnya, Pyongyang menunjukkan sedikit minat untuk berbicara.
Pemerintah Korea Utara secara konsisten mengkritik dan mengejek Korea Selatan. Bahkan pada tahun lalu, Korea Utara meledakkan kantor penghubung antar-Korea yang dibangun di wilayahnya. Meski demikian, negara ini belum menguji senjata nuklir atau rudal jarak jauh sejak 2017.
Baca Juga: Adik Kim Jong Un: Manuver oleh kotoran manusia di Korea Selatan provokasi serius
Dalam pidatonya, Moon mengatakan dia tidak berpikir Korea Utara menolak dialog, melainkan menunggu untuk menilai lebih lanjut kebijakan AS.
"Jika ada kesempatan untuk memulai kembali proses perdamaian dan memajukan proses perdamaian di Semenanjung Korea, saya akan melakukan semua yang saya bisa," kata Moon. "Saya berharap Korea Utara menanggapi secara positif."