Reporter: Asnil Bambani Amri, BBC | Editor: Asnil Amri
PYONG YANG. Korea Utara menyatakan akan meningkatkan program nuklirnya kecuali bila Amerika Serikat (AS) melonggarkan tekanan diplomatik terhadap negaranya.
Menurut Media resmi Korea Utara, Kementerian Luar Negeri Korea Utara menuduh AS berupaya menerapkan sanksi kepada negaranya.
Pekan lalu, pemimpin dunia banyak yang mengecam upaya peluncuran roket Korea Utara yang gagal bulan lalu. Para pemimpin dunia memperingatkan, bila ada uji coba nuklir atau peluncuran lagi, maka akan ada sanksi lebih keras terhadap Korut.
Gambar satelit menunjukkan, ada aktivitas di proyek nuklir Korea Utara, menurut sejumlah pakar. "Gambar yang diambil melalui Digital Globe dan GeoEye dalam satu bulan terakhir menunjukkan, ada peralatan penggalian di terowongan dan terlihat tumpukan tanah atau puing-puing keluar dari dalam terowongan," kata James Hardy dari jurnal pertahanan mingguan Jane's Defence kepada kantor berita Korea Selatan, Yonhap.
Ia mengatakan, pada tanggal 9 Mei lalu, DigitalGlobe merekam gambar yang menunjukkan jaringan jalan baru di proyek nuklir Punggye-ri.
Juru Bicara Korea Utara menyatakan, pihaknya berupaya untuk mempertahankan diri jika ada tekanan dari AS. "Bila AS meningkatkan sanksi dan terhadap kami, saat kami berupaya berdamai, maka kami tidak punya pilihan lagi kecuali untuk mengambil langkah untuk mempertahankan diri," kata jubir tersebut.
Korea Utara berulang kali menyatakan, peluncuran roket bulan lalu, hanyalah upaya untuk mengorbitkan satelit untuk tujuan damai. Namun sejumlah kritikus mengatakan, upaya itu merupakan uji teknologi peluru kendali yang dilarang berdasarkan resolusi PBB.
Dalam satu pernyataan Selasa (22/05), Korea Utara mengatakan, mereka akan terus melakukan upaya peluncuran satelit. “Kami memiliki akses nuklir untuk pertahanan, karena ada kebijakan permusuhan oleh AS terhadap Korea Utara. Dan kami akan meningkatkan upaya ini sepanjang kebijakan bermusuhan terus dijalankan," kata juru bicara pemerintah Korea Utara, seperti dikutip kantor berita KCNA.