Sumber: KCNA,Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Majelis Tertinggi Rakyat Korea Utara memutuskan untuk membatalkan semua perjanjian yang ditandatangani dengan Korea Selatan mengenai peningkatan kerja sama ekonomi, menurut laporan kantor berita resmi Korea Utara KCNA, seperti dikutip dari Reuters pada Kamis (8/2).
Majelis tersebut, juga memilih untuk menghapuskan undang-undang yang mengatur hubungan ekonomi dengan Seoul, termasuk undang-undang khusus mengenai pengoperasian proyek pariwisata Gunung Kumgang.
Tur ke gunung yang berlokasi di utara perbatasan timur ini merupakan simbol kerja sama ekonomi yang dimulai selama periode keterlibatan kedua Korea pada awal tahun 2000-an, yang menarik hampir 2 juta pengunjung Korea Selatan.
Baca Juga: Moskow Cairkan Aset Beku Senilai US$ 9 Juta ke Korea Utara, Ini Imbalannya
Proyek ini dihentikan pada tahun 2008 setelah seorang turis Korea Selatan yang tersesat ke zona terlarang ditembak dan dibunuh oleh penjaga Korea Utara.
Korea Utara mengatakan pihaknya kini menganggap Korea Selatan sebagai musuh perang dan tahun lalu membatalkan pakta militer yang ditandatangani pada tahun 2018 yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan di dekat perbatasan militer yang dibuat berdasarkan gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea tahun 1950-1953.
Dalam wawancara yang direkam sebelumnya dengan TV pemerintah KBS yang disiarkan pada Rabu malam, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menyebut perubahan dalam kebijakan antar-Korea Korea Utara sebagai perubahan yang luar biasa namun mengatakan sulit untuk memahami pemikiran di balik tindakan tersebut.
“Apa yang tidak berubah adalah bahwa Korea Utara telah berusaha selama lebih dari 70 tahun untuk mengubah kita menjadi Komunis, dan ketika melakukan hal tersebut, mereka menyadari bahwa senjata konvensional mereka tidak cukup sehingga mereka melakukan pengembangan nuklir untuk mengancam kita,” katanya.
Yoon, yang telah mengambil tindakan keras terhadap Pyongyang, mengatakan ia tetap terbuka untuk melibatkan Korea Utara, bahkan dengan mengadakan pertemuan puncak dengan Kim, dan memberikan bantuan jika hal itu akan membantu perekonomian negara tersebut, namun ia mengatakan bahwa kepemimpinan Korea Utara bukanlah pemimpin yang rasional.
Baca Juga: Semakin Banyak Warga Korea Utara yang Meragukan Kim Jong Un
Sejak mengambil alih kekuasaan pada tahun 2011, Kim telah mendorong Korea Utara untuk mengembangkan senjata nuklir dan rudal balistik dengan berbagai jangkauan yang meningkatkan ketegangan dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat bahkan ketika perekonomian negara tersebut sedang lesu.
KCNA secara terpisah melaporkan bahwa Kim pada hari Rabu mengunjungi pabrik-pabrik yang memproduksi barang-barang konsumen dan makanan, dan memberikan panduan tentang modernisasi fasilitas sebagai bagian dari penerapan kebijakan pembangunan regional yang baru.