Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Peluncuran terbaru ini adalah peluncuran kesembilan sejak Trump dan Kim bertemu di perbatasan Zona Demiliterisasi antara kedua Korea pada bulan Juni. Ketika itu, keduanya berjanji untuk membuka kembali pembicaraan tingkat kerja dalam beberapa pekan.
Beberapa jam sebelum peluncuran pagi ini, Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa perundingan akan diadakan pada hari Sabtu. Dia mengatakan, pembicaraan ini berpotensi memecahkan kebuntuan yang berlangsung selama berbulan-bulan.
Peluncuran rudal Korea Utara sebelumnya adalah pada 10 September. Peluncuran ini juga terjadi beberapa jam setelah Choe menyatakan kesediaan Pyongyang untuk mengadakan pembicaraan dengan AS.
"Tampaknya Korea Utara ingin memperjelas posisi negosiasinya sebelum pembicaraan dimulai," kata Harry Kazianis, direktur senior Studi Korea dari Center for the National Interest.
Kazianis menambahkan, Korea Utara tampaknya ingin mendorong AS mundur dari tuntutan-tuntutan denuklirisasi penuh hanya dengan imbalan janji-janji pelonggaran sanksi.
Baca Juga: Pamer rudal hipersonik, China siap menantang Amerika Serikat
Trump mengecilkan serangkaian peluncuran jarak pendek Korea Utara baru-baru ini. September lalu, Trump mengatakan bahwa AS dan Korea Utara, "Tidak memiliki perjanjian mengenai rudal jarak pendek."
Korea Utara melanjutkan serangannya terhadap Korea Selatan dalam sebuah komentar di surat kabar resminya pada hari Rabu. Korea Utara mengkritik latihan militer bersama AS dan Korea Utara sebagai latihan yang agresif.
"Akar penyebab kebuntuan dalam hubungan Utara-Selatan terletak, singkatnya, dalam perilaku berbahaya pemerintah Korea Selatan," kata komentar Rodong Sinmun.
Lee Sung-yoon, Profesor Studi Korea di The Fletcher School di Tufts University, mengatakan Korea Utara telah mendaur ulang strategi carrot-and-stick dengan AS berkali-kali di masa lalu dengan sukses.