Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Utara menembakkan setidaknya satu rudal di lepas pantai timurnya pada hari Rabu (2/10). Menurut Korea Selatan, rudal ini diluncurkan dari kapal selam, sehari setelah Korea Utara mengumumkan dimulainya kembali perundingan dengan Amerika Serikat (AS) yang ditujukan untuk mengakhiri program nuklirnya.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengutuk peluncuran rudal balistik yang jatuh di perairan Zona Ekonomi Eksklusif Jepang (ZEE). Jepang mengatakan, peluncuran ini adalah pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.
Jurubicara pemerintah Jepang mengatakan bahwa rudal balistik yang diluncurkan Korea Utara terpecah menjadi dua sebelum jatuh ke perairan lepas pantai barat Jepang.
Pemerintah Jepang sebelumnya mengatakan Korea Utara tampaknya telah meluncurkan dua rudal. "Saat ini, tampaknya satu rudal diluncurkan dan pecah menjadi dua dan jatuh. Kami sedang melakukan analisis untuk perincian," Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan pada konferensi pers reguler.
Analis mengatakan, peluncuran itu kemungkinan merupakan pengingat yang dikirim oleh Korea Utara atas kemampuan senjata sebelum perundingan dengan AS. Negara ini melihat, resolusi PBB yang melarang penggunaan teknologi rudal balistik sebagai pelanggaran atas haknya untuk membela diri.
Pembicaraan yang bertujuan untuk menghentikan program nuklir dan rudal Korea Utara telah terhenti sejak Februari 2019 lalu. Saat itu, pertemuan puncak kedua antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Vietnam berakhir tanpa kesepakatan.
Baca Juga: Perdana Menteri Jepang mengutuk peluncuran dua rudal teranyar Korea Utara
Militer Korea Selatan mengatakan telah mendeteksi peluncuran satu rudal yang terbang 450 km (280 mil) dan mencapai ketinggian 910 km (565 mil). Kemungkinan ini adalah senjata kelas Pukguksong, rudal balistik yang diluncurkan kapal selam alias submarine-launched ballistic missiles (SLBM) Korea Utara sebelumnya yang sedang dalam pengembangan.
Militer Korea Selatan mengatakan rudal itu diluncurkan dari sekitar Wonsan, tempat salah satu pangkalan militer Korea Utara di pantai timur, menuju laut. Belum ada penjelasan atas perbedaan laporan Korea Selatan yang menyebut satu rudal dan Jepang yang menyebut ada dua rudal.
Korea Utara telah mengembangkan teknologi SLBM sebelum pertemuan pertama antara Kim dan Trump di Singapura pada Juni 2018. Menjelang pertemuan tersebut, Korea Utara menangguhkan uji coba rudal dan nuklir jarak jauh.
"Kami mengetahui laporan kemungkinan peluncuran rudal Korea Utara. Kami terus memantau situasi dan berkonsultasi dengan sekutu kami di wilayah tersebut," kata Seorang pejabat senior pemerintah AS yang enggan disebut namanya seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: BREAKING NEWS: Rudal Korea Utara jatuh di Zona Ekonomi Eksklusif Jepang
Peluncuran terbaru ini adalah peluncuran kesembilan sejak Trump dan Kim bertemu di perbatasan Zona Demiliterisasi antara kedua Korea pada bulan Juni. Ketika itu, keduanya berjanji untuk membuka kembali pembicaraan tingkat kerja dalam beberapa pekan.
Beberapa jam sebelum peluncuran pagi ini, Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa perundingan akan diadakan pada hari Sabtu. Dia mengatakan, pembicaraan ini berpotensi memecahkan kebuntuan yang berlangsung selama berbulan-bulan.
Peluncuran rudal Korea Utara sebelumnya adalah pada 10 September. Peluncuran ini juga terjadi beberapa jam setelah Choe menyatakan kesediaan Pyongyang untuk mengadakan pembicaraan dengan AS.
"Tampaknya Korea Utara ingin memperjelas posisi negosiasinya sebelum pembicaraan dimulai," kata Harry Kazianis, direktur senior Studi Korea dari Center for the National Interest.
Kazianis menambahkan, Korea Utara tampaknya ingin mendorong AS mundur dari tuntutan-tuntutan denuklirisasi penuh hanya dengan imbalan janji-janji pelonggaran sanksi.
Baca Juga: Pamer rudal hipersonik, China siap menantang Amerika Serikat
Trump mengecilkan serangkaian peluncuran jarak pendek Korea Utara baru-baru ini. September lalu, Trump mengatakan bahwa AS dan Korea Utara, "Tidak memiliki perjanjian mengenai rudal jarak pendek."
Korea Utara melanjutkan serangannya terhadap Korea Selatan dalam sebuah komentar di surat kabar resminya pada hari Rabu. Korea Utara mengkritik latihan militer bersama AS dan Korea Utara sebagai latihan yang agresif.
"Akar penyebab kebuntuan dalam hubungan Utara-Selatan terletak, singkatnya, dalam perilaku berbahaya pemerintah Korea Selatan," kata komentar Rodong Sinmun.
Lee Sung-yoon, Profesor Studi Korea di The Fletcher School di Tufts University, mengatakan Korea Utara telah mendaur ulang strategi carrot-and-stick dengan AS berkali-kali di masa lalu dengan sukses.