Sumber: Yonhap,Yonhap | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Selatan menyatakan, Korea Utara telah memperluas fasilitas pengembangan rudal, tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda yang tidak biasa di lokasi pengujian nuklir yang sudah dihancurkan.
Penilaian tersebut tersaji dalam laporan Kementerian Pertahanan Korea Selatan kepada Komite Pertahanan Majelis Nasional untuk pertemuan tentang pengarahan kebijakan.
"Tidak ada pergerakan khusus yang terlihat sejak 24 Mei 2018, ketika Korea Utara menghancurkan situs uji coba nuklir Punggyeri. Reaktor nuklir 5 megawatt di kompleks nuklir Yongbyon telah lama ditangguhkan," kata Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengacu pada sumber utama Korea Utara dari senjata plutonium.
Tapi, "Korea Utara telah memperluas fasilitas untuk penelitian dan pengembangan rudal," ujar Kementerian Pertahanan Korea Selatan dalam laporannya seperti dikutip Yonhap, Rabu (17/2).
Baca Juga: Koleksi rudal Korea Utara bikin gentar, dari Scud hingga Taepodong
Korea Utara meningkatkan postur pertahanan darat dan maritim
Di tengah pembicaraan denuklirisasi yang macet dengan Amerika Serikat (AS), Korea Utara telah bekerja untuk meningkatkan kemampuan rudal dan senjata konvensional lainnya.
Beberapa jenis rudal balistik baru telah diluncurkan sejak 2019, termasuk versi Iskander buatan Rusia dan Army Tactical Missile System (ATACMS) milik AS, serta rudal balistik canggih yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM).
"Dengan meluncurkan rudal balistik baru dan SLBM baru, Korea Utara berusaha untuk menunjukkan kemampuan pertahanannya dan meningkatkan kebanggaan rezim," sebut Kementerian Pertahanan Korea Selatan.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan, Korea Utara juga telah meningkatkan postur pertahanan darat dan maritimnya di dekat perbatasan sejak akhir tahun lalu, dan melakukan pelatihan militer secara teratur.
Baca Juga: Korea Selatan dan AS bakal gelar latihan militer skala besar, respons Korea Utara?
"Untuk mencegah kecelakaan dan mengekang penyebaran pandemi, pasukan melakukan latihan di sekitar lokasi mereka ditempatkan," ungkap Kementerian Pertahanan Korea Selatan.
Korea Selatan telah memantau dengan cermat gerakan militer Korea Utara dan mempertahankan postur kesiapan yang kokoh, serta bersumpah untuk mengambil tindakan tegas terhadap kemungkinan provokasi.
Dan, Kementerian Pertahanan Korea Selatan sekali lagi menekankan dorongannya untuk segera merebut kembali kendali operasional masa perang (OPCON) pasukannya dari AS.
Seoul dan Washington sedang bekerja untuk transfer OPCON berdasarkan kondisi. Belum ada jangka waktu pasti yang ditetapkan, meskipun Pemerintahan Moon Jae-in saat ini berharap untuk merebut kembali OPCON sebelum Mei 2022.
Baca Juga: Jaga pertahanan udara, Korea Selatan kembangkan radar jarak jauh
"Konsultasi aktif sedang dilakukan dengan Amerika Serikat untuk melakukan tes FOC selama latihan gabungan (yang akan datang)," kata Kementerian Pertahanan Korea Selatan.
Uji Kemampuan Operasional Penuh (FOC) untuk memeriksa, apakah Korea Selatan berada di jalur untuk memenuhi persyaratan transisi, yang seharusnya berlangsung tahun lalu tapi batal karena pandemi Covid-19.
"Untuk menangani masalah-masalah utama yang menunggu dengan lebih baik, kami akan berusaha untuk membangun saluran dialog tingkat senior dengan otoritas pertahanan AS," kata Kementerian Pertahanan Korea Selatan.