Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pertahanan Korea Selatan pada Senin (4/8) mulai membongkar pengeras suara yang selama ini digunakan untuk menyiarkan propaganda anti-Korea Utara di sepanjang perbatasan kedua negara.
Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya pemerintahan baru Presiden Lee Jae Myung untuk meredakan ketegangan dan membuka kembali peluang dialog dengan Pyongyang.
Pemerintahan Baru Hentikan Siaran Propaganda
Segera setelah dilantik pada Juni lalu, pemerintahan Lee memutuskan menghentikan siaran propaganda yang mengkritik rezim Korea Utara. Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi untuk menghidupkan kembali pembicaraan yang sudah lama terhenti antara kedua Korea.
Baca Juga: PMI Manufaktur Korea Selatan Terperosok 6 Bulan Berturut, Dihantam Tarif AS
Namun, respons dari Pyongyang tidak sesuai harapan. Korea Utara menolak tawaran dialog dan menyatakan tidak berminat bernegosiasi dengan Seoul. Meski demikian, pemerintah Korea Selatan tetap melanjutkan langkah pembongkaran pengeras suara pada awal pekan ini.
“Kebijakan ini adalah langkah praktis untuk membantu mengurangi ketegangan antara Korea Selatan dan Korea Utara,” ujar Kementerian Pertahanan Korea Selatan dalam pernyataannya.
Simbol Perang Psikologis Puluhan Tahun
Pengeras suara propaganda telah lama menjadi simbol perang psikologis di Semenanjung Korea. Perangkat ini digunakan oleh kedua negara untuk menyiarkan pesan politik, propaganda, bahkan musik K-pop ke wilayah lawan, bergantung pada situasi hubungan bilateral.
Sejarah mencatat bahwa pada 2018, Presiden Moon Jae-in membongkar pengeras suara tersebut setelah kedua negara sepakat mengakhiri semua tindakan bermusuhan yang dapat memicu ketegangan militer.
Namun, pada tahun lalu, mantan Presiden konservatif Yoon Suk Yeol kembali mengoperasikan pengeras suara dan memutar musik K-pop sebagai balasan atas aksi Korea Utara yang mengirim balon berisi sampah ke wilayah Selatan.
Dampak pada Warga Perbatasan
Sejak Seoul menghentikan siaran propagandanya pada Juni lalu, pihak berwenang menyebut Korea Utara juga tampaknya telah menghentikan siaran propaganda mereka. Hal ini memberikan kelegaan bagi warga Korea Selatan yang tinggal di dekat perbatasan, yang sebelumnya terganggu oleh siaran keras dari arah Utara selama berbulan-bulan.
Baca Juga: Penetapan Tarif Impor di Korea Selatan, Brasil dan India
Meski demikian, Kim Yo Jong — adik berpengaruh dari pemimpin Korea Utara Kim Jong Un — menanggapi dingin langkah tersebut. Ia mengatakan bahwa penghentian siaran propaganda oleh Seoul “bukanlah tindakan yang patut diapresiasi”.
Latar Belakang Ketegangan Dua Korea
Korea Selatan dan Korea Utara secara teknis masih berperang karena konflik 1950–1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Hubungan kedua negara memburuk dalam beberapa tahun terakhir akibat uji coba senjata Korea Utara, sanksi internasional, serta aksi-aksi saling balas yang memanaskan situasi di perbatasan.
Pembongkaran pengeras suara ini menandai upaya terbaru Korea Selatan untuk menciptakan ruang bagi diplomasi. Namun, tanpa adanya respons positif dari Pyongyang, prospek dimulainya kembali dialog damai masih belum pasti.