Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Beberapa bank di China mulai menaikkan suku bunga pinjaman konsumen setelah sebelumnya menurunkannya ke level terendah dalam sejarah.
Langkah tiba-tiba ini mencerminkan meningkatnya risiko kredit macet dan berpotensi menghambat upaya Beijing untuk merangsang perekonomian yang lesu.
Bank-bank besar seperti China Construction Bank, China Merchants Bank, Bank of China, dan Hua Xia Bank telah menaikkan suku bunga pinjaman konsumen mereka menjadi setidaknya 3%, menurut pejabat bank dan aplikasi perbankan online.
Baca Juga: China Gelar Latihan Militer di Sekitar Taiwan, Sebut Presiden Lai Ching-te "Parasit"
Kenaikan suku bunga ini mulai berlaku pada Selasa (1/4).
Padahal, bulan lalu, bank-bank di China baru saja memangkas suku bunga pinjaman konsumen ke rekor terendah sekitar 2,5%.
Kebijakan tersebut diambil sebagai respons terhadap dorongan pemerintah untuk meningkatkan kredit konsumsi dan mendorong permintaan domestik guna membangkitkan kembali perekonomian China yang bernilai $18 triliun, terutama di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat.
Pemerintah China telah menjadikan peningkatan konsumsi sebagai prioritas utama demi mencapai target pertumbuhan ekonomi sekitar 5% pada 2025.
Sebagai bagian dari upaya ini, bank-bank milik negara terbesar di China pada Minggu (31/3) mengumumkan rencana untuk mengumpulkan dana sebesar 520 miliar yuan (US$71,54 miliar) melalui penempatan saham guna memperkuat kemampuan mereka dalam mendukung ekonomi riil.
Namun, kenaikan suku bunga dapat mengurangi minat masyarakat untuk mengambil pinjaman, terutama karena kepercayaan konsumen masih rapuh di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini, menurut para analis.
Baca Juga: China kepada Rusia: Teman Selamanya, Tak Pernah Jadi Musuh
Seorang petugas pinjaman di salah satu bank milik negara menyatakan bahwa suku bunga yang lebih rendah juga memiliki dampak negatif, karena dapat meningkatkan beban utang bagi peminjam yang sudah mengalami tekanan finansial. Hal ini berpotensi memperburuk kualitas aset perbankan.
Ia juga mengungkapkan kekhawatiran bahwa beberapa peminjam menggunakan pinjaman konsumsi berbunga rendah untuk membayar kembali hipotek dengan bunga lebih tinggi, bukan untuk konsumsi sebenarnya.
Belum jelas apakah bank-bank yang menaikkan suku bunga ini telah mendapatkan persetujuan dari regulator.
China Construction Bank, Bank of China, China Merchants Bank, dan Hua Xia Bank tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Menurut data resmi, total pinjaman konsumsi yang beredar di China mencapai 21 triliun yuan pada akhir 2024.
"Meskipun pemerintah terus mendorong konsumsi, tampaknya mereka juga mengkhawatirkan stabilitas keuangan akibat menyusutnya margin bunga bersih dan memburuknya kualitas aset perbankan," kata Gary Ng, ekonom senior di Natixis.
Laporan keuangan 2024 dari bank-bank terbesar di China menunjukkan laba tahunan yang stagnan dan margin keuntungan yang lebih rendah, sementara mereka juga memperingatkan adanya tekanan pada kualitas aset dalam bisnis pinjaman pribadi mereka.
Baca Juga: Untung Besar! CNOOC Tiongkok Temukan Ladang Minyak 100 Juta Ton di Laut China Selatan
Meningkatnya Kredit Macet
Regulator perbankan China pada Maret lalu telah meminta bank-bank untuk memperluas pinjaman konsumsi sambil tetap menjaga batas kredit dan suku bunga dalam tingkat yang "masuk akal" agar risiko tetap terkendali.
Namun, Administrasi Regulasi Keuangan Nasional (NFRA) belum memberikan komentar terkait kebijakan terbaru ini. Bank Sentral China, People’s Bank of China, juga menolak berkomentar.
Secara proporsi, pinjaman konsumsi pribadi hanya menyumbang sekitar 2% dari total kredit di bank-bank besar milik negara di China, jauh lebih kecil dibandingkan pinjaman hipotek yang mencapai 20%. Namun, kredit macet dalam segmen ini terus meningkat.
Sebagai contoh, dua bank terbesar China, Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) dan Agricultural Bank of China, melaporkan bahwa rasio kredit macet pada pinjaman pribadi mereka masing-masing naik menjadi 2,39% dan 1,55% pada akhir 2024, tertinggi sejak 2020.
Kondisi lebih parah terjadi pada bank-bank berukuran menengah. Bohai Bank, misalnya, mengalami lonjakan rasio kredit macet pada pinjaman konsumsi menjadi 12,37% pada akhir 2024, dibandingkan 4,44% setahun sebelumnya.
Baca Juga: Presiden China Xi Jinping Bertemu CEO Perusahaan Asing, Ini yang Dibicarakan
"Risiko dalam pinjaman pribadi meningkat sejak tahun lalu, dan kami memperkirakan tekanan terhadap kualitas aset akan terus berlanjut tahun ini," ujar Gu Bin, Wakil Presiden Bank of Communications, dalam konferensi pers laporan keuangan bulan lalu.
Lynn Song, Kepala Ekonom untuk China di ING, mengatakan bahwa tingginya rasio tabungan rumah tangga di China menunjukkan bahwa masyarakat sebenarnya memiliki uang, tetapi enggan membelanjakannya.
"Faktor yang lebih penting adalah mengembalikan kepercayaan rumah tangga. Itu bisa dimulai dengan pertumbuhan upah yang sehat dan stabilisasi harga aset," tambahnya.