Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Klinik bedah plastik, perusahaan tur wisata hingga jaringan hotel terdampak krisis politik di Korea Selatan (Korsel). Beberapa pelancong luar negeri membatalkan perjalanan, menyusul darurat militer singkat minggu lalu.
Industri perjalanan dan pariwisata Korsel menghasilkan devisa senilai 84,7 triliun won, setara sekitar Rp 944,41 triliun pada 2023. Angka ini setara 3,8% dari PDB.
Namun, para pelaku perhotelan mengatakan, krisis politik menghalangi perjalanan wisata dan bisnis. Padahal, sektor ini mulai mendekati pemulihan usai Covid-19. Oktober lalu, wisatawan telah mencapai sekitar 97% dari tingkat sebelum Covid-19.
Kehidupan sehari-hari masih berjalan seperti biasa, meski ada protes sejak Presiden Yoon Suk Yeol memberlakukan dan membatalkan darurat militer. "Tapi ada kekhawatiran masalah keamanan di Seoul akan berdampak buruk pada industri pariwisata," kata Walikota Seoul Oh Se-hoon pada Rabu (11/12), seperti dikutip Reuters.
Maklum saja, gelombang pembatalan wisatawan berkunjung ke Korsel terus bertambah. Grup hotel Accor, yang menaungi Fairmont dan Sofitel, mencatat peningkatan pembatalan kunjungan sejak 3 Desember, sekitar 5% lebih tinggi dari bulan November.
Beri diskon
Asosiasi Start-up Pariwisata Korea mengatakan, pemesanan kamar hotel pada paruh pertama tahun 2025 juga mengalami penurunan tajam.
"Kamar-kamar di hotel yang sebelumnya dipesan penuh di ibukota Seoul kembali tersedia karena pembatalan. Beberapa hotel bahkan menurunkan tarif dan menawarkan penawaran harga khusus untuk menarik lebih banyak pemesanan," kata sumber agen perjalanan kepada Reuters.
Klinik bedah plastik di Gangnam, Seoul, juga menyebut beberapa pasien asing membatalkan kunjungan sejak insiden darurat militer. "Kami tidak khawatir sekarang, tetapi jika situasi ini terus berlanjut akan berdampak pada pengunjung asing," kata perwakilan klinik. Korsel saat ini menjadi tujuan untuk wisata medis dan bedah plastik.
Padahal Korsel menargetkan dapat melipatgandakan jumlah wisatawan pada 2027 dari jumlah 30 juta di 2019. "Krisis politik terbaru juga mengancam merek asli Korsel yang telah membaik, berkat budaya Korea dan keberhasilan ekonomi," kata Kim Wou-kyung, Kepala Badan Promosi Merek Pemerintah.