Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tiba di Rusia pada hari Selasa (12/9/2023) untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin. Terkait hal tersebut, AS memperingatkan bahwa kedua negara dapat mencapai kesepakatan senjata.
Melansir Time, para analis percaya bahwa Korea Utara memiliki puluhan juta peluru artileri dan roket era Soviet yang kompatibel yang dapat menjadi dorongan besar bagi upaya perang Rusia di Ukraina.
Meskipun senjata-senjata ini didasarkan pada teknologi yang lebih tua, banyaknya jumlah senjata tersebut dapat membuat senjata-senjata tersebut berguna bagi Moskow.
Kekurangan amunisi telah menjadi masalah yang berkelanjutan selama perang di Ukraina baik di Moskow maupun Kyiv. Pada bulan Juli, Presiden Biden memperingatkan bahwa Ukraina kehabisan amunisi. Sementara itu, Rusia sebelumnya telah beralih ke Korea Utara untuk mendapatkan senjata.
Pada bulan Desember, Gedung Putih mengatakan kepada Reuters bahwa Korea Utara juga menjual senjata militer kepada kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner. Namun, baik Rusia maupun Korea Utara membantah adanya transaksi semacam itu.
Baca Juga: Rombongan Kim Jong Un Tiba di Rusia
“Ini akan menjadi kesepakatan yang saling menguntungkan bagi keduanya, karena Putin terpojok akibat persediaan senjatanya yang habis. Sementara Kim menghadapi tekanan dari kerja sama trilateral Korea Selatan-AS-Jepang,” papar Nam Sung-wook, mantan direktur Korea Selatan Lembaga think tank Korea, Institute for National Security Strategy, mengatakan kepada Associated Press.
“Kebutuhan mereka kini sudah terpenuhi dengan sempurna.”
Para pejabat yang diidentifikasi dalam laporan media pemerintah Korea Utara tampaknya menguatkan fokus militer dalam pertemuan Kim dan Putin mendatang.
Kim tampaknya mengunjungi Rusia dengan Jo Chun Ryong, seorang pejabat yang bertanggung jawab atas amunisi, yang baru-baru ini mengunjungi pabrik-pabrik Korea Utara yang memproduksi peluru artileri dan rudal, kata Kementerian Unifikasi Korea Selatan.
Kim juga tampaknya mengikutsertakan Pak Thae Song, ketua komite ilmu pengetahuan dan teknologi luar angkasa Korea Utara, dan Laksamana Angkatan Laut Kim Myong Sik, yang dikaitkan dengan upaya negara tersebut untuk memperoleh satelit mata-mata dan kapal selam rudal balistik berkemampuan nuklir.
Delegasi Kim kemungkinan besar juga mencakup Menteri Luar Negeri Choe Sun Hui dan Marsekal Tentara Rakyat Korea Ri Pyong Chol dan Pak Jong Chon, demikian yang dilaporkan Associated Press.
“[Pertemuan] ini merupakan perkembangan yang sangat signifikan jika bisa dilanjutkan,” kata Leif-Eric Easley, profesor studi internasional di Ewha Womans University di Seoul, kepada CNN. “Rusia memiliki teknologi militer yang diinginkan Kim untuk peluncuran satelit ilegal dan program pengiriman senjata nuklirnya.”
Baca Juga: Kremlin: Putin Menikmati Dukungan Mutlak dari Rakyat Rusia