Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - PYONGYANG. Sebuah kereta lapis baja mewah yang diyakini membawa Kim Jong Un tampaknya berangkat dari Pyongyang hari Senin (11/9/2023) menuju Vladivostok, Rusia. Ini kemungkinan merupakan tempat pemimpin Korea Utara itu bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Melansir USA Today, media pemerintah Korea Selatan melaporkan bahwa kereta yang digunakan Kim, meninggalkan Korea Utara. Kereta itu disebut-sebut antipeluru, namun terkenal lambat. Mungkin karena beratnya.
Kremlin mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan bahwa Kim akan mengunjungi Rusia dalam beberapa hari mendatang.
Gedung Putih mengatakan pihaknya memprediksi pertemuan antara kedua pemimpin bulan ini ketika Moskow berpaling ke sekutunya dari era Soviet untuk membantunya mempersenjatai kembali perangnya di Ukraina.
Pertemuan itu bisa berlangsung paling cepat Selasa. Ini akan menjadi perjalanan luar negeri pertama Kim dalam lebih dari empat tahun.
Baca Juga: Kremlin Konfirmasi Pertemuan Tingkat Tinggi antara Vladimir Putin dan Kim Jong Un
Apakah Putin semakin putus asa terkait Ukraina?
Gedung Putih mengatakan pada pekan lalu bahwa negosiasi senjata antara Korea Utara dan Rusia telah mencapai kemajuan.
Laporan tersebut juga memperingatkan bahwa rezim Kim akan “membayar akibat” jika mereka mencapai kesepakatan senjata dengan pemerintahan Putin.
Pertemuan antara Kim dan Putin kemungkinan terjadi di sela-sela Forum Ekonomi Timur tahunan.
Kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan bahwa kereta Kim memiliki hingga 20 gerbong anti peluru dan memiliki kecepatan tertinggi sekitar 37 mph.
Warnanya hijau kusam dan jarang difoto. Kereta tersebut digunakan oleh ayah dan kakek Kim yang keduanya merupakan pemimpin Korea Utara.
Baca Juga: Kim Jong Un ke Rusia, Kemungkinan Bahas Lebih Banyak Pasokan Senjata untuk Perang
Negara Asia yang terisolasi ini dapat membantu memasok kembali Moskow dengan peluru artileri dan roket.
Carnegie Endowment for International Peace, sebuah wadah pemikir di Washington, menggambarkan industri amunisi Korea Utara sebagai industri yang "sangat maju".
Sebagai imbalannya, Korea Utara dapat meminta akses terhadap beberapa sistem persenjataan berteknologi tinggi milik Rusia.
Korea Utara terus menguji dan mengembangkan rudal balistik jarak jauh dan senjata nuklir. AS dan Korea Utara telah mengadakan perundingan nonproliferasi nuklir sejak tahun 1980an.