Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri sawit dalam negeri kembali bersiap menghadapi potensi kenaikan pajak impor minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan turunannya oleh pemerintah India untuk kedua kalinya dalam rentang waktu kurang dari enam bulan.
Sebelumnya, pada 14 September 2024, pemerintah India telah menaikan pajak impor CPO, minyak kedelai mentah dan minyak biji bunga matahari dari 5,5% menjadi 27,5%. Sedangkan, jenis minyak olahan dari ketiganya dikenakan pajak impor sebesar 35,75%.
Melansir laporan Reuters, Jumat (21/02) keputusan kembali menaikan pajak impor ini dilakukan untuk menaikkan harga minyak sayur dan minyak biji-bijian dalam negeri, sekaligus berpotensi meredam permintaan dan mengurangi pembelian minyak kelapa sawit, minyak kedelai, dan minyak bunga matahari dari luar negeri.
"Pemerintah (India) diharapkan segera menaikkan bea masuk," ungkap seorang sumber pemerintah.
Baca Juga: Produksi Stagnan, Pendapatan AALI Tahun 2024 Tumbuh 5,16%
Menurut Reuters industri penyulingan minyak di India telah membatalkan pesanan untuk 100.000 metrik ton minyak kelapa sawit mentah yang dijadwalkan untuk pengiriman antara bulan Maret dan Juni tahun ini.
Sebagai produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia, India saat ini masih tercatat sebagai tujuan ekspor terbesar Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), India telah menjadi pengimpor utama CPO dari Indonesia sejak tahun 2012.
Pada tahun 2023, India telah mengimpor 5,4 juta ton CPO dari Indonesia, dengan nilai ekspor US$ 4,52 miliar.
Baca Juga: Simak Prospek Kinerja Emiten CPO Jelang Ramadan dan Lebaran 2025
Adapun, berdasarkan data terbaru Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) terjadi penurunan volume ekspor sepanjang November 2024, dan paling besar untuk tujuan India.
Ekspor ke India sepanjang November 2024 turun dari 730 ribu ton menjadi 310 ribu ton, diikuti oleh Belanda yang turun dari 131 ribu ton menjadi 59 ribu ton, dan Mesir turun dari 127 ribu ton menjadi 75 ribu ton.
Sementara total ekspor mengalami penurunan menjadi 2,64 juta ton pada bulan November 2024 dari 2,89 juta ton pada bulan Oktober atau turun sebesar 8,69%.