kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lacak kasus Covid-19, Korea Selatan akan menguji pengenalan wajah dengan teknologi AI


Senin, 13 Desember 2021 / 10:00 WIB
Lacak kasus Covid-19, Korea Selatan akan menguji pengenalan wajah dengan teknologi AI


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  SEOUL. Dalam rangka mendeteksi orang-orang yang terinfeksi Covid-19, Korea Selatan akan menguji coba percontohan untuk menggunakan kecerdasan, pengenalan wajah, dan kamera buatan CCTV, meskipun ada terjadinya pelanggaran.

“Proyek yang didanai secara nasional di Bucheon dan akan mulai beroperasi pada Januari,” kata seorang pejabat kota dikutip dari Reuters, Senin (13/12).

Sistem ini menggunakan algoritma AI dan teknologi pengenalan wajah untuk menganalisis rekaman yang dikumpulkan oleh lebih dari 10.820 kamera CCTV dan melacak pergerakan orang yang terinfeksi serta siapapun yang memiliki kontak dekat.

Sejatinya, hal ini dilakukan yang pertama mengingat beberapa negara telah beralih ke teknologi baru dan kekuatan hukum untuk mencoba membendung gelombang infeksi COVID-19.

Baca Juga: Kasus harian Covid-19 di Korea Selatan bertahan di atas 7.000, infeksi Omicron naik

China, Rusia, India, Polandia dan Jepang serta beberapa negara bagian AS termasuk di antara pemerintah yang telah meluncurkan atau bereksperimen dengan sistem pengenalan wajah untuk melacak COVID-19.

Sistem ini dapat secara bersamaan melacak hingga sepuluh orang dalam lima hingga sepuluh menit, waktu yang dihabiskan untuk pekerjaan manual yang memakan waktu sekitar setengah jam untuk melacak satu orang.

Bucheon menerima 1,6 miliar won setara US$ 1,36 juta dari Kementerian Sains dan ICT dan menyuntikkan 500 juta won dari anggaran kota ke dalam proyek untuk membangun sistem tersebut.

Baca Juga: Pemberian vaksin booster Covid-19 ke masyarakat mendesak dilakukan

Meskipun ada dukungan publik yang luas untuk menelusuri invasif yang ada, para pembela hak asasi manusia dan beberapa anggota parlemen Korea Selatan menyatakan bahwa pemerintah akan menyimpan dan memanfaatkan data tersebut jauh melebihi kebutuhan pandemi.

"Benar-benar salah untuk menyatukan dan mengontrol publik melalui CCTV menggunakan uang pembayar pajak dan tanpa persetujuan dari publik," kata Park Dae-Chul, salah seorang anggota parlemen. 

Baca Juga: Kasus COVID-19 harian di Korea Selatan mencapai 7.000 untuk pertama kalinya

Hal itu, Pejabat Bucheon mengatakan tidak ada masalah privasi karena sistem menempatkan mosaik di wajah siapa pun yang bukan subjek.

Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) juga mengatakan penggunaan teknologi tersebut sah digunakan dalam bidang hukum pengendalian dan pencegahan penyakit.




TERBARU

[X]
×