kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lagi, AS tuding China coba mencuri penelitian vaksin virus corona dari negara Barat


Kamis, 22 Oktober 2020 / 16:05 WIB
Lagi, AS tuding China coba mencuri penelitian vaksin virus corona dari negara Barat
ILUSTRASI. Bendera China dan AS berkibar di dekat Bund, Shanghai, China 30 Juli 2019.


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Penasihat Keamanan Nasional Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuduh China mencoba mencuri penelitian vaksin virus corona baru dari negara Barat.

Trump mengidentifikasi China sebagai pesaing utama AS, dan menuduh China mengambil keuntungan atas perdagangan dan tidak mengatakan yang sebenarnya atas wabah virus corona baru.

Penasihat Keamanan Nasional Robert O'Brien mengatakan kepada pejabat tinggi militer juga intelijen Inggris dan AS, China adalah kekuatan pemangsa yang menekan rakyatnya dan berusaha memaksa tetangga serta kekuatan Barat.

"Partai Komunis China mencari dominasi di semua domain dan sektor. Berencana untuk memonopoli setiap industri yang penting hingga abad ke-21," kata O'Brien dalam Atlantic Future Forum melalui konferensi video yang terhubung ke kapal induk Angkatan Laut Inggris HMS Queen Elizabeth, Rabu (21/10).

Baca Juga: Terungkap, Trump memiliki rekening bank di China

"Baru-baru ini, Republik Rakyat China menggunakan spionase yang mendukung dunia maya untuk menargetkan perusahaan yang mengembangkan vaksin dan pengobatan Covid-19 di Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat sambil menggembar-gemborkan perlunya kerjasama internasional," ujarnya seperti dikutip Reuters.

China, di bawah Presiden Xi Jinping, menyatakan, Barat dan Washington khususnya dicengkeram oleh histeria anti-China, pemikiran kolonial, dan kemarahan karena China sekarang sekali lagi menjadi salah satu dari dua ekonomi teratas dunia.

Janji yang sampai hari ini tidak ditepati

Peningkatan ekonomi dan militer China selama 40 tahun terakhir dianggap sebagai salah satu peristiwa geopolitik paling signifikan akhir-akhir ini, di samping jatuhnya Uni Soviet pada 1991 yang mengakhiri Perang Dingin.

O'Brien menyebutkan, negara Barat selama beberapa dekade telah memberikan konsesi kepada China, termasuk keanggotaan Organisasi Perdagangan Dunia (WHO). Barat percaya, negeri tembok raksasa akan terbuka secara ekonomi dan politik, sambil mengurangi hambatannya sendiri terhadap perusahaan asing.

Baca Juga: Bukan untuk berlomba melawan China, ini alasan Taiwan membeli paket senjata dari AS

"Sayangnya, itu adalah janji yang sampai hari ini tidak ditepati," kata dia. "Sebaliknya, para pemimpin Partai Komunis China melipatgandakan pendekatan totaliter dan merkantilis, ekonomi yang didominasi negara".

Respons China terhadap wabah virus corona baru, menurut O'Brien, telah "menghapus keraguan yang tersisa tentang niatnya".

Dia mengatakan, Beijing telah mengkooptasi organisasi internasional dan memaksa mereka untuk memasang peralatan telekomunikasi China di fasilitas mereka. Ia menuduh Partai Komunis China memblokir perusahaan asing sambil mensubsidi perusahaannya sendiri.

O'Brien bilang, proyek internasional andalan China, yang disebut inisiatif Belt and Road, melibatkan penawaran "pinjaman tidak berkelanjutan" kepada negara-negara miskin untuk membangun proyek infrastruktur "gajah putih" menggunakan perusahaan dan buruh China.

"Ketergantungan negara-negara ini pada utang China membuat kedaulatan mereka terkikis dan tidak ada pilihan lain selain memotong garis partai pada pemungutan suara PBB dan masalah lainnya," sebut O'Brien.

Selanjutnya: Jepang: Tanggapan kami di Laut China Selatan tidak ditujukan pada satu negara




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×