Sumber: NDTV | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Elon Musk tampil untuk pertama kalinya bersama Donald Trump di Gedung Putih pada hari Selasa. Dalam kesempatan tersebut, keduanya mengumumkan kebijakan baru yang bertujuan merombak pemerintahan Amerika Serikat. Namun, momen itu juga diwarnai insiden kecil ketika putra Musk mencuri perhatian.
Mengenakan topi hitam bertuliskan "Make America Great Again," kaos hitam, dan mantel panjang, pendiri SpaceX dan Tesla berbicara kepada wartawan di Ruang Oval sementara Presiden Trump duduk di balik Meja Resolute yang bersejarah.
Pemangkasan Anggaran dan Peringatan Kebangkrutan
Trump telah menunjuk Musk untuk memimpin upaya pemangkasan biaya federal melalui "DOGE" (Department of Government Efficiency). Musk memperingatkan bahwa Amerika Serikat bisa mengalami kebangkrutan jika tidak dilakukan pemotongan anggaran.
Baca Juga: Kekayaan Elon Musk Anjlok di Bawah US$400 Miliar untuk Pertama Kalinya pada 2025
Sebagai orang terkaya di dunia, Musk menolak kritik tentang kurangnya transparansi dan potensi konflik kepentingan. Ia mengakui kemungkinan adanya kesalahan dalam proses reformasi ini, namun menegaskan bahwa tujuannya adalah mengurangi kekuasaan birokrasi "tidak terpilih."
Trump kemudian menandatangani perintah eksekutif yang memberikan wewenang tambahan bagi DOGE untuk memerintahkan kepala departemen pemerintahan agar bersiap menghadapi pemangkasan yang lebih besar.
Reaksi dan Kontroversi
Kritikus mengecam pemangkasan yang dipimpin Musk sebagai bentuk konsentrasi kekuasaan yang berlebihan di tangan presiden. Namun, sejenak Musk memiliki perhatian lain saat putranya, X Æ A-Xii, mulai berbicara dan bergerak aktif selama konferensi pers.
"Menjaga wibawa kadang sulit," ujar Musk, ketika putranya bersandar pada meja Trump dan bahkan bertingkah kocak di tengah pembicaraan mengenai utang konsumen.
Penampilan Musk yang tidak konvensional ini mencerminkan gaya ikoniknya, yang juga menjadi daya tarik utama bagi Trump dalam memilihnya untuk memimpin reformasi besar-besaran pemerintahan AS.
Baca Juga: Sam Altman Tolak Tawaran Fantastis Elon Musk, Pertarungan Masa Depan AI Memanas!
Konflik Kepentingan dan Tantangan Hukum
Musk, yang merupakan donor terbesar kampanye Trump dengan sumbangan mencapai seperempat miliar dolar, telah membawa tim insinyur muda untuk mengimplementasikan program efisiensi agresif.
Kebijakan ini telah menyebabkan beberapa lembaga federal ditutup dan pegawai dirumahkan, memicu gugatan hukum di berbagai wilayah serta tuduhan perebutan kekuasaan secara ilegal.
Ketika ditanya tentang kritik yang diterimanya, Musk sempat bercanda, "Saya punya pengkritik? Saya tidak percaya." Namun, ia kemudian menegaskan bahwa kemenangan Trump dalam pemilu memberikan mandat kuat dari masyarakat untuk reformasi besar dalam pemerintahan.
"Rakyat telah memilih reformasi besar-besaran, dan itulah yang akan mereka dapatkan," ujar Musk.
Transparansi dan Kebijakan Media
Musk juga menghadapi tuduhan hipokrisi karena sering mengkritik birokrat "tidak terpilih," padahal dirinya sendiri kini memegang kekuasaan besar tanpa pemilihan. Ia juga ditanya mengenai potensi konflik kepentingan, mengingat SpaceX memiliki kontrak bernilai miliaran dolar dengan pemerintah yang kini dia audit.
Menanggapi hal ini, Musk menegaskan bahwa dirinya tetap transparan dan mengatakan, "Saya tidak berpikir bisa lolos begitu saja, saya akan diawasi terus-menerus."
Namun, transparansi Musk dipertanyakan ketika Associated Press melaporkan bahwa wartawannya dilarang menghadiri acara tersebut karena menolak mengikuti kebijakan Trump yang mengubah nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika.
Baca Juga: Penjualan Mobil Tesla Babak Belur! Manuver Politik Elon Musk Bikin Konsumen Kabur
Hubungan dengan Trump
Setelah Musk berbicara, Trump mengambil giliran untuk memuji pekerjaannya dan melontarkan kritik terhadap hakim-hakim AS yang menghambat rencana mereka.
Namun, banyak yang bertanya-tanya: bagaimana dua figur dengan ego besar dapat berbagi ruang sempit seperti Ruang Oval?
Majalah Time baru-baru ini memicu kontroversi dengan menampilkan Musk duduk di balik Meja Resolute dalam sampul terbarunya. Namun, Musk dengan cepat memastikan bahwa ia tahu siapa pemimpinnya.
"Saya sering berkonsultasi dengan presiden untuk memastikan ini adalah langkah yang diinginkannya. Kami berbicara hampir setiap hari," kata Musk.