Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah berminggu-minggu memilih bungkam, Presiden Amerika Serikat Donald Trump akhirnya buka suara mengenai keretakan hubungannya dengan Elon Musk.
Hubungan yang dulu tampak akrab kini berubah menjadi perseteruan terbuka, terutama setelah serangkaian kritik pedas dan tuduhan kontroversial yang dilontarkan CEO Tesla dan SpaceX tersebut.
Elon Musk Mundur Lebih Cepat dan Serang RUU Besar Trump
Mengutip Unilad, Elon Musk resmi mundur dari perannya sebagai special government employee pada 28 Mei, meskipun ia seharusnya menyelesaikan tugasnya tiga hari kemudian.
Sebelum mundur, Musk sempat menyampaikan kritik keras terhadap rancangan undang-undang (RUU) pengeluaran besar-besaran yang diusung Presiden Trump, yang dikenal sebagai “big, beautiful bill”.
Dalam wawancara dengan CBS yang ditayangkan sehari sebelum pengunduran dirinya, Musk menyatakan: “Saya kecewa melihat RUU pengeluaran besar ini, yang justru meningkatkan defisit anggaran dan melemahkan upaya tim Doge dalam efisiensi pemerintahan."
Ia menambahkan, “Sebuah RUU bisa jadi besar atau indah... tapi saya tidak yakin bisa keduanya."
Baca Juga: Elon Musk Menyesal Kritik Trump, Akankah Hubungan Keduanya Kembali Membaik?
Kritik Musk terhadap Isi RUU: "Merusak Masa Depan"
RUU tersebut mencakup peningkatan besar dalam anggaran pertahanan, termasuk rencana Trump membangun sistem pertahanan rudal luar angkasa “Golden Dome”, serta pemberian insentif pajak dalam jumlah triliunan dolar untuk sektor-sektor tertentu.
Menurut Musk, kebijakan ini bertentangan dengan visinya untuk efisiensi pemerintahan dan transisi energi bersih. Ia menuduh bahwa pengeluaran baru ini "akan merusak sektor energi hijau" dan menyeret Amerika ke dalam "perbudakan utang".
Lewat akun Twitter-nya, ia menulis: "RUU Senat ini akan menghancurkan jutaan lapangan kerja dan menyebabkan kerusakan strategis besar bagi negara!
Gila dan merusak. Memberi bantuan untuk industri masa lalu sambil menghancurkan industri masa depan."
Tuduhan dan Kontroversi: Epstein hingga Gestur Nazi
Musk sempat memicu kontroversi besar setelah menuding Trump terlibat dalam dokumen Jeffrey Epstein. Dalam cuitan yang kini telah dihapus, Musk menyebut bahwa nama Trump muncul dalam dokumen Epstein dan menuduh bahwa inilah alasan dokumen tersebut tak pernah dirilis sepenuhnya. Namun, ia tak menyertakan bukti apa pun.
Baca Juga: Ayah Elon Musk Akhirnya Bersuara Soal Perseteruan Anaknya dengan Donald Trump
Perseteruan juga semakin dalam setelah Musk dituduh melakukan gestur mirip Nazi salute saat menghadiri pelantikan Trump pada 20 Januari. Ia terlihat mengangkat tangan saat menyampaikan pidato singkat di hadapan pendukung MAGA.
Musk membantah tuduhan tersebut dan mengklaim bahwa itu adalah “salam Romawi” atau simbol penghormatan emosional kepada massa.
Respons Trump: "Elon Pria Cerdas, Tapi Tidak Tepat Marah Seperti Itu"
Meski terus diserang, Presiden Trump merespons dengan nada diplomatis saat diwawancara Fox News pada 29 Juni: “Saya pikir dia pria yang hebat. Saya tidak banyak bicara dengannya belakangan ini, tapi dia pria yang cerdas dan akan selalu sukses."
Trump juga menyatakan bahwa Musk pernah mendukungnya secara terbuka dan “ikut berkampanye”, namun menurutnya, “Elon sedikit kesal, dan itu tidak tepat.”