Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Pendiri Alibaba Group, Jack Ma, akhirnya menampakkan diri setelah setelah menghilang dari pandangan publik sejak larangan peraturan memukul kerajaan bisnisnya akhir tahun 2020.
Reuters, Rabu (13/10) melaporkan, Jack Ma saat ini berada di Hong Kong dan telah bertemu dengan rekan-rekan bisnisnya dalam beberapa hari terakhir.
Milliader China ini menghilang dari jangkauan publik sejak menyampaikan pidato berisi kritikan terhadap pemerintah China pada Oktober tahun lalu. Itu lantas memicu penangguhan IPO perusahaan keuangan miliknya, Ant Group.
Sejak itu, Jack Ma jarang muncul ke publik dan memunculkan beragam spekulasi tentang keberadaanya. Sumber Reuters mengatakan, kunjungannya ke Hong Kong merupakan yang pertama sejak Oktober 2020.
Baca Juga: China bakal tindak keras barang tiruan di e-commerce
Pengusaha paling terkenal dan blak-blakan di China ini menghilang selama tiga bulan sebelum muncul kembali pada Januari 2021, berbicara kepada sekelompok guru melalui video. Kemunculannya itu meredakan kekhawatiran tentang ketidakhadirannya yang tidak biasa dari pusat perhatian dan membuat saham Alibaba melonjak.
Jack Ma memiliki setidaknya satu rumah mewah di Hong Kong yang juga menampung beberapa operasi bisnis lepas pantai perusahaannya.
Sebagian besar kerajaan bisnis Jack Ma bermarkas di kota Hangzhou, Tiongkok Timur.
Pada bulan Mei 2021, mantan guru bahasa Inggris ini diketahui melakukan kunjungan langka ke kampus Hangzhou Alibaba. Dia menghadiri acara tahunan Ali Day untuk staf dan keluarga perusahaan.
Lalau pada 1 September, beredar foto-foto Ma mengunjungi beberapa rumah kaca pertanian di provinsi Zhejiang timur, rumah bagi Alibaba dan afiliasi fintechnya Ant.
Di hari berikutnya, Alibaba mengumumkan akan menginvestasikan 100 miliar yuan (US$ 15,5 miliar) hingga 2025 untuk mendukung kemakmuran bersama. Ini menjadikannya sebagai perusahaan raksasa terbaru yang menjanjikan dukungan untuk inisiatif pembagian kekayaan yang didorong oleh Presiden Xi Jinping.
Alibaba dan saingan teknologinya telah menjadi target tindakan keras regulasi yang luas terhadap berbagai masalah mulai dari perilaku monopolistik hingga hak-hak konsumen. Raksasa e-commerce ini didenda hingga US$ 2,75 miliar pada bulan April karena pelanggaran monopoli.
Awal tahun ini, regulator juga memberlakukan restrukturisasi menyeluruh pada Ant, yang gagal melakukan penawaran umum perdana senilai US$37 miliar di Hong Kong dan di Pasar STAR bergaya Nasdaq Shanghai.