Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Deutsche Bank telah mulai mengurangi ketergantungannya pada bisnis investasi yang volatile sejak tahun 2019, beralih ke bisnis yang lebih stabil untuk melayani perusahaan dan nasabah ritel sebagai upaya memulihkan profitabilitas.
Divisi ritel, meskipun mengalami keuntungan dari suku bunga yang lebih tinggi dan pendapatan yang meningkat, menghadapi kritik keras dari regulator setelah kegagalan dalam mengintegrasikan cabang Postbank, yang menyebabkan keluhan dari nasabah karena kesulitan mengakses rekening dan layanan pelanggan.
Diperkirakan bahwa Bank Sentral Eropa akan mulai menurunkan suku bunga, yang berpotensi mengurangi pendapatan dari selisih suku bunga yang diperoleh bank dari pinjaman dan pembayaran deposito.
Baca Juga: Pertebal Portofolio Kesehatan, Saratoga (SRTG) Dirumorkan Siap Akuisisi RS Brawijaya
Deutsche Bank, yang terpantau ketinggalan dalam harga sahamnya dibandingkan dengan bank-bank besar Eropa lainnya, baru-baru ini mendapat dukungan dari mosi percaya dan minat dari investor-investor besar.
Pada kuartal sebelumnya, saham bank tersebut turun 15% dalam satu hari karena kekhawatiran akan p masalah setelah bank-bank di Amerika Serikat dan Swiss harus diselamatkan.
Gejolak tersebut memicu kepanikan investor dan penarikan dana oleh nasabah, yang memaksa intervensi jarang dilakukan oleh Kanselir Jerman Olaf Scholz, yang menegaskan bahwa "tidak ada alasan untuk khawatir".
Deutsche Bank saat ini menghadapi dampak buruk dari krisis real estat komersial, terutama di Amerika Serikat dan Jerman.
Bulan lalu, bank tersebut memperkirakan bahwa krisis real estat komersial ini akan berlanjut hingga tahun 2024 dan menempatkan penyisihan kerugian pinjaman pada batas atas perkiraan yang telah diproyeksikan.