kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45933,41   5,06   0.54%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Larangan perjalanan total warga Wuhan, transportasi publik tak beroperasi


Kamis, 23 Januari 2020 / 06:07 WIB
Larangan perjalanan total warga Wuhan, transportasi publik tak beroperasi
ILUSTRASI. Penyebaran virus corona di Wuhan China menimbulkan kecemasan warga. REUTERS/Stringer


Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - WUHAN. Media CCTV melaporkan, pejabat di Wuhan mengumumkan larangan perjalanan total pada warganya di tengah wabah koronavirus yang telah menewaskan 17 orang dan menginfeksi lebih dari 550 orang di seluruh China.

Melansir South China Morning Post, larangan yang dikeluarkan oleh otoritas komando pusat virus Wuhan, mengatakan bahwa mulai pukul 10:00 hari ini (23/1/2020), bus kota, kereta bawah tanah, feri, dan transportasi penumpang jarak jauh akan ditangguhkan di kota.

Penerbangan dan kereta api yang berangkat dari Wuhan juga akan diskors sementara. Pemberitahuan itu tidak mengatakan kapan layanan akan dilanjutkan.

Meski demikian, tidak sebutkan apakah mobil pribadi masih boleh digunakan. Akan tetapi, pengumuman itu  menegaskan "warga tidak boleh meninggalkan kota kecuali ada kondisi khusus".

Baca Juga: Wabah menyebar cepat, ini lima fakta virus corona yang bikin masyarakat dunia cemas

Dengan populasi 11 juta, Wuhan lebih besar dari London atau New York. Virus ini sekarang telah menyebar ke Amerika Serikat, Thailand, Jepang dan Korea Selatan.

"Larangan itu adalah untuk mencegah dan mengendalikan epidemi tipe baru infeksi coronavirus yang terbaik, secara efektif memutus penularan virus, dan mengekang penyebaran epidemi demi memastikan keselamatan dan kesehatan masyarakat," demikian bunyi pemberitahuan itu seperti yang dikutip South China Morning Post.

Pemerintah kota Wuhan juga mengeluarkan pemberitahuan yang mengamanatkan bahwa setiap orang harus mengenakan masker di tempat-tempat umum, dan bahwa staf departemen negara dan lembaga-lembaga publik diwajibkan mengenakan masker saat mereka bertugas.

Baca Juga: Punya rute ke Wuhan, Lion Air siapkan upaya pencegahan virus corona

Sebelum pengumuman Wuhan, provinsi Jiangsu memposting perintah pelarangan bus yang berangkat dari kota-kota ke Wuhan, dan mendirikan jalur khusus di bandara dan stasiun kereta api untuk memeriksa penumpang dari Wuhan.

Di media sosial, larangan perjalanan disambut baik oleh beberapa orang. Akan tetapi, sejumlah orang mempertanyakan mengapa pihak berwenang tidak menerbitkannya lebih awal.

Kekhawatiran juga mengemuka terkait solusi "satu aturan untuk semua" di Wuhan. “Bagaimana mungkin pasien pergi ke rumah sakit jika mereka tidak memiliki mobil pribadi, dan bagaimana jurnalis dapat meninggalkan kota jika mereka ingin pergi?” tulis satu orang warga China di Weibo.

Sebagian besar infeksi dan semua kematian terjadi di provinsi Hubei, di mana Wuhan berada, termasuk 440 kasus di provinsi itu sendiri. Banyak dari mereka yang sakit bekerja atau tinggal di dekat Huanan Wholesale Seafood Market di kota itu, yang menurut para ahli adalah sumber wabahnya. Virus diyakini melompat dari hewan yang dijual di sana.

Baca Juga: Terus bertambah, korban meninggal akibat virus corona jadi 17 orang

South China Morning Post menulis, wabah Wuhan terungkap setelah pemberitahuan mendesak dari departemen kesehatan kota, memerintahkan rumah sakit untuk melaporkan lebih lanjut kasus "pneumonia yang tidak diketahui asalnya", mulai beredar di media sosial pada 30 Desember. Organisasi Kesehatan Dunia telah mempertahankan kontak dengan pihak berwenang di China tentang situasi sejak saat itu.

Pada hari Rabu, Beijing News melaporkan bahwa rumah sakit di Wuhan telah penuh sesak dengan pasien demam yang mengantri pada malam musim dingin. Ruang transfusi penuh dengan pasien, dengan beberapa pasien tampak duduk di koridor untuk dirawat dengan infus.

Baca Juga: Cegah korona masuk, ini langkah Angkasa Pura II dan Kantor Kesehatan Pelabuhan

Wabah ini terjadi ketika jutaan orang di Tiongkok akan melakukan perjalanan untuk liburan Tahun Baru Imlek mendatang, termasuk pekerja migran yang kembali ke rumah untuk keluarga mereka.

Perjalanan liburan yang dapat bertahan hingga 40 hari ini, dianggap sebagai migrasi manusia tahunan terbesar di dunia.




TERBARU

[X]
×