Sumber: South China Morning Post | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - China melakukan latihan militer di dekat Kepulauan Paracel yang disengketakan di Laut China Selatan pada Senin (28/9). Ini kali ketiga mereka menggelar latihan di daerah tersebut tahun ini.
Mengutip China South Morning Post, Badan Keselamatan Maritim China mengeluarkan dua pemberitahuan pada Sabtu (26/9) yang mengumumkan dua zona larangan bepergian di dekat Kepulauan Paracel, dari jam 7 pagi hingga 3 sore, karena ada latihan militer.
Kepulauan Paracel, yang dikenal sebagai Kepulauan Xisha dalam bahasa China, telah diduduki oleh Tiongkok sejak 1974 tetapi juga diklaim oleh Taiwan dan Vietnam.
Meskipun pemberitahuan tidak memberikan perincian latihan militer tersebut, sumber China South Morning Post yang dekat dengan militer China mengatakan, itu adalah latihan tembak-menembak.
Dua latihan militer terakhir China di kawasan Kepulauan Paracel pada 1 Juli dan 18 Juni lalu mendapat respons kuat dari Vietnam dan Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: AS gelar latihan serangan pulau, persiapan perang lawan China?
Hanoi mengatakan pada Juli lalu, latihan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) telah melanggar kedaulatan Vietnam. Dan, Washington menyatakan pada saat itu, latihan militer China semakin mengguncang kawasan itu.
Salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia, Laut Cina Selatan, juga diperebutkan dengan sengit. Dan, klaim yang tumpang tindih antara China, Vietnam, Filipina, Taiwan, Malaysia, serta Brunei tetap tidak terselesaikan selama beberapa dekade.
Beijing telah melanggar janjinya di Laut China Selatan
Selain di Kepulauan Paracel, China melakukan latihan lain di Laut China Selatan tahun ini, karena ketegangan memburuk dengan AS dan tetangganya di Asia Tenggara.
Akhir bulan lalu, militer China meluncurkan dua rudal balistik ke Laut China Selatan, mengirimkan peringatan yang jelas ke AS, yang mengirim dua kelompok kapal induk untuk melakukan latihan di perairan yang disengketakan.
Komando Teater Selatan PLA meningkatkan latihan kesiapan tempur pada awal Agustus lalu, beberapa minggu setelah pembom China melakukan "latihan serangan" di Laut China Selatan.
Baca Juga: Filipina: Kami minta bantuan AS jika China serang kapal AL kami di Laut China Selatan
Pada Minggu (27/9), Departemen Luar Negeri AS mengatakan, Beijing telah melanggar janjinya di Laut China Selatan.
"Lima tahun lalu, Sekretaris Jenderal (Partai Komunis dan Presiden China) Xi Jinping menyatakan, China tidak berniat untuk mengejar militerisasi di Kepulauan Spratly, dan pos terdepan China tidak akan menargetkan atau berdampak pada negara mana pun,” kata Departemen Luar Negeri AS seperti dikutip China South Morning Post.
Departemen Luar Negeri AS menambahkan, China malah mengejar militerisasi yang sembrono dan provokatif dari pos-pos yang disengketakan itu di Laut China Selatan.
China mulai membangun pulau buatan di sekitar tujuh terumbu yang diklaim sebagai wilayah negeri tembok raksasa pada 2014. Dan, sejak itu memasang senjata dan radar serta membangun landasan pacu di atasnya.
Departemen Luar Negeri AS menyebutkan, Partai Komunis China menggunakan "pos-pos terdepan militer sebagai platform pemaksaan untuk menegaskan kendali atas perairan di mana Beijing tidak memiliki klaim maritim yang sah".
Baca Juga: Laut China Selatan: Alarm bagi Taiwan, Indonesia siaga penuh
Konfrontasi militer skala penuh
Menanggapi tuduhan AS itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan, "membangun infrastruktur pertahanan yang diperlukan di Laut China Selatan adalah hak China yang sah menurut hukum internasional".
“Pembangunan China di wilayahnya sendiri di Laut China Selatan terutama melayani kebutuhan sipil, ini masuk akal, masuk akal dan legal, dan tidak ada hubungannya dengan militerisasi. Ini pada dasarnya sama dengan negara mana pun yang membangun infrastruktur pertahanan di wilayah mereka sendiri,” ujar Wang seperti dilansir China South Morning Post.
Song Zhongping, pengamat militer yang berbasis di Hong Kong, mengatakan, China meningkatkan latihan militer di wilayah tersebut karena dianggap ancaman.
"China sekarang sedang membuat persiapan untuk konfrontasi militer skala penuh, yang berpotensi secara bersamaan dimulai di Selat Taiwan, Laut China Timur, dan Laut China Selatan," kata Song kepada China South Morning Post.
"Mengingat itu, China juga perlu melakukan latihan di Kepulauan Paracel untuk meningkatkan kemampuan (pertempuran) di semua lini dan koordinasi di seluruh layanan di laut," imbuh dia.