kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.130   40,00   0,26%
  • IDX 7.697   -47,60   -0,61%
  • KOMPAS100 1.196   -13,16   -1,09%
  • LQ45 960   -10,60   -1,09%
  • ISSI 231   -1,75   -0,75%
  • IDX30 493   -3,97   -0,80%
  • IDXHIDIV20 592   -5,69   -0,95%
  • IDX80 136   -1,30   -0,95%
  • IDXV30 143   0,32   0,23%
  • IDXQ30 164   -1,28   -0,77%

Laut China Selatan membara, peluang lepas tembakan sambil poles senjata meningkat


Kamis, 27 Agustus 2020 / 23:55 WIB
Laut China Selatan membara, peluang lepas tembakan sambil poles senjata meningkat


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) menggelar empat latihan militer di tiga wilayah laut utama Tiongkok sejak akhir pekan lalu hingga akhir minggu ini.

Latihan militer China berlangsung di Laut China Selatan, Laut Kuning, dan Laut Bohai. Ini berarti, Taiwan akan dikelilingi oleh latihan PLA dari Utara hingga Selatan.

Ni Lexiong, pakar militer China, mengatakan, latihan militer PLA secara bersamaan sangat jarang dan mungkin pertama kalinya dilakukan pada waktu yang sama.

Baca Juga: Ketegangan di Laut China Selatan, Taiwan: Risiko konflik tidak disengaja meningkat

“Dengan melakukan latihan secara bersamaan di tiga lautan, berarti China sedang menguji kemampuannya untuk melawan musuh yang datang dari tiga arah secara bersamaan, misalnya, dari Taiwan, dari Jepang, dan dari Amerika Serikat (AS) dari Selatan,” katanya.

"Secara historis, latihan yang sering adalah prediktor perang yang jelas," ujar profesor di Universitas Ilmu Politik dan Hukum Shanghai kepada Reuters.

Sumber-sumber keamanan dan diplomatik yang berbasis di Taiwan mengatakan, peluang untuk "melepaskan tembakan sambil memoles senjata", pepatah China untuk pertemuan yang tidak disengaja yang memicu konflik yang lebih luas, meningkat.

Baca Juga: Beri pesan ke AS, China luncurkan rudal pembunuh kapal induk ke Laut China Selatan

Terutama, karena peningkatan aktivitas militer AS dan China di wilayah tersebut. “Tidak ada pihak yang ingin memulai konflik. Fundamentalnya tidak banyak berubah,” kata seorang diplomat Barat yang mengamati kegiatan militer di Selat Taiwan kepada Reuters.




TERBARU

[X]
×