kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Lelah dengan aksi salto Trump, China siapkan rencana darurat hadapi yang terburuk


Rabu, 28 Agustus 2019 / 08:04 WIB
Lelah dengan aksi salto Trump, China siapkan rencana darurat hadapi yang terburuk
ILUSTRASI. Pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping saat KTT G20


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Mungkin tidak ada yang lebih terkejut mendengar berita bahwa China telah menelepon Presiden Donald Trump untuk melakukan perundingan ulang selain pemerintah Beijing sendiri. 

Menurut pejabat China yang mengetahui permasalahan ini dengan detil kepada CNBC, setelah melalui akhir pekan dengan sinyal yang membingungkan, kredibilitas Trump menjadi hambatan utama bagi China untuk mencapai kesepakatan jangka panjang dengan AS. 

Mereka bilang, hanya ada sedikit negosiator di Beijing yang melihat kemungkinan tercapainya kesepakatan jelang pemilihan AS 2020. Salah satu sebabnya adalah cukup berbahaya bagi para pejabat untuk memberikan masukan kepada Presiden Xi Jinping agar menandatangani kesepakatan yang akan dilanggar oleh Trump. 

Baca Juga: The Fed menolak seruan pemangkasan suku bunga, Trump terus menekan

Seperti yang diketahui, dalam konferensi pers yang dihelat usai pertemuan G7 di Prancis pada Senin lalu, Trump mengklaim bahwa pejabat China mengatakan ingin kembali ke meja perundingan. Bahkan dia menggambarkan kondisi itu sebagai upaya China yang benar-benar putus asa untuk mencapai kata sepakat. "Mereka terpukul sangat dahsyat, namun mereka paham ini merupakan hal yang benar untuk dilakukan," kata Trump. 

Pernyataan Trump menjadi headline di sejumlah media online dan berhasil mendongkrak pasar saham. Namun, tidak satu pun pejabat di China yang memahami apa yang Trump katakan. Yang lebih buruk lagi, ucapannya yang bilang China sangat ingin kembali ke meja negosiasi pada dasarnya mengonfirmasi satu hal yang menjadi ketakutan utama mereka tentang Trump, yakni: Trump tidak dapat dipercaya dalam sebuah kesepakatan. 

Baca Juga: Trending topic: Trump disebut membuat soal kesepakatan, viral iklan properti APLN

"Aksi salto (flip flop) Trump semakin memperbesar rasa ketidakpercayaan China terhadapnya. Ini membuat terjadinya resolusi antar kedua negara hampir tidak mungkin tercapai," jelas Tao Dong, vice chairman for Greater China di Credit Suisse Private Banking in Hong Kong. 

Dua pejabat China menyamakan pendekatan negara itu dengan aksi AS selama Perang Korea, yakni terus bertempur saat berunding, dan menggunakan perkelahian untuk mempercepat perundingan. China, lanjut mereka, telah menyiapkan rencana darurat jika terjadi skenario tidak ada kesepakatan. Termasuk salah satunya  menempatkan perusahaan AS di daftar entitas yang tidak dapat diandalkan dan merangsang ekonomi. 

Kementerian luar negeri China pada hari Selasa kemarin kembali menegaskan pihaknya tidak memahami telepon yang dimaksud Trump. Pernyataan ini dikeluarkan tak lama setelah Trump berbicara di hadapan wartawan. 

Baca Juga: China: Belum mendengar ada kontak antara Tiongkok dan AS soal perang dagang

Selain itu, Hu Xijin, pimpinan redaksi Global Times China juga menulis tweet tentang bualan Trump tersebut dan menegaskan China tidak mengubah apapun atas posisinya saat ini. 

Meski para pejabat di Beijing masih bersedia untuk terlibat dalam perundingan perdagangan, pada saat yang sama, mereka juga tengah bersiap-siap untuk memisahkan diri dari ekonomi terbesar dunia itu. Upaya ini semakin serius dilakoni sejak  Trump "memerintahkan" perusahaan-perusahaan AS melalui Twitter untuk mencari alternatif selain China. Setelah pembicaraan perdagangan macet di bulan Mei, Xi kembali menyerukan agar China untuk mengejar "kemandirian" dalam teknologi-teknologi utama dan bahkan meminta warga negaranya untuk bergabung dlam Long March terbaru. 


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×