Sumber: businessinsider.com | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pengembang properti terbesar kedua di China, Evergrande, tengah berada di ambang kehancuran, karena memiliki utang lebih dari US$ 300 miliar. Pasar keuangan global tengah diselimuti kekhawatiran kehancuran Evergrande dengan utang jumbo bisa berefek pada pasar keuangan dan ekonomi global.
Sebuah bank investasi memberi nasihat kepada para pemberi pinjaman Evergrande mengatakan bahwa pengembang properti China tersebut diperkirakan akan mengalami gagal bayar atawa default setelah gagal melewatkan pembayaran utangnya baru-baru ini.
Melansir Business Insider, Evergrande melewatkan pembayaran dua obligasi berdenominasi dolar AS bernilai US$ 131 juta. Kedua obligasi itu memiliki masa tenggang 30 hari sebelum dinyatakan default, yang berakhir pada pertengahan Oktober 2021.
Sekelompok pemegang obligasi telah menyewa bank investasi AS Moelis & Co sebagai penasihat, bersama dengan firma hukum Kirkland & ellis.
Baca Juga: BTN waspadai efek Evergrande ke sektor properti Indonesia
Direktur pelaksana Moelis, Bert Grisel, mengatakan ada sedikit komunikasi dari Evergrande dan bahwa pemegang obligasi dan penasihat mereka berpikir default akan segera datang.
"Kita semua merasa bahwa default yang akan segera terjadi pada obligasi luar negeri, atau akan terjadi, dalam waktu singkat," kata Grisel.
Dia mengatakan belum ada dialog yang berarti dengan Evergrande atau penyediaan informasi.
Moelis & Co menolak berkomentar ketika didekati oleh Insider. Evergrande tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Baca Juga: Pasar China kembali dari libur, apakah sentimen Evergrande sudah mereda?
Evergrande adalah pengembang properti terbesar kedua di China dan berada di ambang kehancuran, karena berutang lebih dari US$ 300 miliar.
Krisis yang membayangi mengguncang pasar saham internasional pada bulan September karena investor khawatir tentang efek lanjutan dari default yang begitu besar pada ekonomi global.
Evergrande tidak banyak bicara tentang situasinya, karena krisis keuangannya bertambah. Ketidakpastian telah membuat bingung investor di pasar properti China, di mana tingkat utang yang tinggi adalah hal biasa. Obligasi properti dan saham dijual kembali tajam pada hari Jumat.
Bloomberg melaporkan pada hari Kamis bahwa pemegang obligasi senilai US$ 260 juta yang diterbitkan oleh Jumbo Fortune Enterprises dan dijamin oleh Evergrande belum dibayar, meskipun obligasi akan jatuh tempo pada hari Senin.
Saham di Evergrande telah ditangguhkan dari perdagangan di Hong Kong sejak Senin menunggu pengumuman tentang "transaksi besar."