Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Kombinasi sentimen negatif membuat harga minyak acuan di bulan Oktober 2020 berada dalam tekanan. Buktinya, sepanjang bulan ini, harga minyak acuan Brent dan West Texas Intermediate (WTI) melemah double digit.
Di mana, Brent mencatatkan koreksi 10% dan WTI anjlok 11% sepanjang bulan Oktober 2020. Ini terjadi setelah pada akhir perdagangan bulan ini, harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman Desember 2020 berada di level US$ 37,46 per barel. Sedangkan, harga minyak WTI kontrak pengiriman Desember 2020 pun ada di posisi US$ 35,79 per barel.
Dengan hasil ini, harga minyak acuan membukukan penurunan bulanan kedua secara berturut-turut. Sentimen negatif datang dari meningkatnya kasus Covid-19 di Eropa dan Amerika Serikat (AS) yang akhirnya mengerek kekhawatiran atas prospek konsumsi bahan bakar. Di tambah, lonjakan pasokan minyak dari Libya.
Baca Juga: Ini alasan BP hentikan produksi bahan bakar di Australia
Tekanan bagi harga minyak datang setelah gelombang virus corona kedua datang di Eropa dan AS. Dari Eropa, Prancis, Jerman hingga Belgia sudah memutuskan untuk melakukan penguncian guna membatasi penyebaran virus corona sebelum musim dingin tiba.
Sementara dari AS, lonjakan infeksi virus corona pun kembali terjadi. Bahkan Negeri Paman Sam tersebut memecahkan rekor infeksi baru dalam satu hari pada Kamis (29/10), setelah ada lebih dari 91.000 kasus.
"Banyak negara dengan konsumsi minyak yang tinggi di seluruh dunia melihat tingkat infeksi yang tidak mereka alami bahkan selama gelombang pertama," kata Paola Rodriguez-Masiu, Senior Oil Markets Analyst Rystad Energy.
"Tingkat infeksi ini ditakdirkan untuk menggigit permintaan minyak, karena lalu lintas akan dibatasi seminimal mungkin selama penguncian mendatang," lanjut dia.
Sementara itu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, telah merencanakan untuk meningkatkan produksi sebesar 2 juta barel per hari (bph) pada bulan Januari.
Namun, produsen utama Arab Saudi dan Rusia mendukung untuk mempertahankan pengurangan produksi yang saat ini ada di sekitar 7,7 juta barel per hari hingga tahun depan. Hal itu dilakukan guna menghadapi penguncian di Eropa dan peningkatan produksi minyak Libya.
Baca Juga: Harga emas turun, investor baiknya bersikap wait and see
OPEC+ dijadwalkan mengadakan pertemuan kebijakan pada 30 November dan 1 Desember mendatang. "Hasil dari pertemuan ini berpotensi untuk mengirim harga minyak ada di range US$ 10 per barel untuk kedua arah," kata analis PVM tentang pertemuan tersebut.
Di AS, jumlah rig minyak dan gas alam naik pada Oktober untuk bulan ketiga berturut-turut dan pengebor menambahkan rig terbanyak dalam sebulan sejak Mei 2018, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co pada hari Jumat.