kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Macron: Eropa Tidak Boleh Terus Bergantung Kepada AS untuk Urusan Militer


Sabtu, 24 Juni 2023 / 12:00 WIB
Macron: Eropa Tidak Boleh Terus Bergantung Kepada AS untuk Urusan Militer


Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - PARIS. Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mendorong para tetangganya di Eropa untuk hidup lebih mandiri secara militer dengan tidak terus bergantung pada industri militer AS.

Macron melihat bahwa perang antara Rusia dan Ukraina telah melahirkan urgensi baru, sehingga negara-negara Eropa diharapkan mampu bertindak sendiri tanpa harus bergantung pada kekuatan lain.

"Mengapa kita masih terlalu sering membeli (sistem pertahanan) Amerika? Karena orang Amerika telah membuat standar lebih banyak daripada yang kita miliki, dan mereka sendiri memiliki agen federal yang memberikan subsidi besar-besaran kepada pabrikan mereka," kata Macron, dikuitp AP News.

Macron menyampaikan pesannya itu dalam pidato penutupan konferensi di Paris yang mengumpulkan para menteri pertahanan dan perwakilan lain dari 20 negara Eropa.

Baca Juga: Latihan Militer Skala Besar NATO Dimulai, Libatkan 10.000 Personel dan 250 Pesawat

Pembicaraan itu membahas berbagai macam hal, termasuk pertempuran anti-drone dan pertahanan rudal balistik. Invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina dianggap telah menunjukkan pentingnya peralatan semacam itu.

Pencegahan senjata nuklir juga menjadi agenda dalam forum tersebut.

Di antara negara-negara yang ikut serta dalam pertemuan itu adalah Jerman, Inggris, dan Swedia serta tetangga Ukraina, Polandia, Slovakia, Hongaria, dan Rumania. Perwakilan NATO dan Uni Eropa juga hadir.

Pada kesempatan itu, Prancis secara terbuka mengkritik rencana yang dipimpin Jerman untuk meningkatkan kemampuan pertahanan udara Eropa.

Baca Juga: China: Mayoritas Negara Asia-Pasifik Menolak Ekspansi NATO di Kawasan Mereka

Sebuah proyek bernama Perisai Langit Eropa (European Sky Shield Initiative) diluncurkan pada akhir tahun lalu dan melibatkan 17 negara Eropa termasuk Inggris, tetapi Prancis tidak ada di dalamnya. Proyek itu dimaksudkan untuk diintegrasikan dalam sistem pertahanan udara dan rudal NATO.

"Dengan European Sky Shield Initiative, kami menyatukan negara-negara Eropa untuk bersama-sama meningkatkan perlindungan terhadap rudal balistik, rudal jelajah, dan drone," kata Kanselir Jerman Olaf Scholz pada konferensi pers bersama Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg di Berlin hari Senin pagi.

Pemerintah Prancis yakin proyek tersebut tidak cukup menjaga kedaulatan Eropa, karena pada dasarnya masih akan tetap bergantung pada industri AS dan Israel.

Rencana yang dipimpin Jerman diharapkan menampilkan sistem Israel Arrow 3 dan membangun kemampuan rudal Patriot AS yang ada.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×