Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Prancis Emmanuel Macron kembali melontarkan kritik tajam terhadap praktik tarif perdagangan yang diberlakukan oleh negara-negara kuat.
Dalam pidatonya pada International Conference on Financing for Development di Seville, Spanyol, Senin (17/6), Macron menyebut tarif tersebut lebih menyerupai bentuk “pemerasan” dibandingkan upaya menciptakan keseimbangan perdagangan global.
Macron: Tarif Bukan Solusi, Tapi Alat Tekanan Negara Kuat
“Kita perlu mengembalikan kebebasan dan keadilan dalam perdagangan internasional, jauh dari hambatan dan tarif yang sering kali dirancang oleh pihak terkuat, dan digunakan sebagai alat pemerasan, bukan sebagai instrumen penyeimbang,” ujar Macron di hadapan para pemimpin global dan pakar ekonomi.
Meski tidak menyebutkan secara langsung nama negara atau tokoh, komentar Macron datang di tengah upaya Uni Eropa yang sedang merundingkan kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat, menjelang tenggat 9 Juli.
Baca Juga: The Fed Tahan Suku Bunga Acuan, Soroti Risiko Inflasi dan Dampak Tarif Trump
Kritik terhadap Kembali Munculnya Perang Dagang
Macron juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kembalinya tren perang dagang global. Ia menilai, pengenaan tarif secara sepihak justru merugikan negara-negara berkembang yang tengah berusaha bangkit secara ekonomi.
“Menghidupkan kembali perang dagang dan tarif di tengah krisis global saat ini adalah sebuah penyimpangan. Apalagi jika tarif dikenakan pada negara-negara yang baru saja memulai kebangkitan ekonomi mereka,” tegas Macron.
Beberapa negara seperti Lesotho, Kamboja, Laos, Madagaskar, dan Myanmar disebut menjadi korban kebijakan tarif tinggi, yang menurut PBB bisa berdampak buruk pada stabilitas ekonomi negara-negara miskin.
Reaksi AS: “Trump Kembali, Kami Utamakan Amerika”
Gedung Putih melalui juru bicaranya, Karoline Leavitt, langsung merespons pernyataan Macron. Ia menolak anggapan bahwa tarif adalah bentuk pemerasan, dan menyebut kebijakan tersebut justru penting untuk membangkitkan kembali industri manufaktur Amerika.
“Dunia mungkin belum terbiasa dengan ini, tapi Presiden Trump telah kembali dan akan melakukan yang terbaik untuk rakyat dan negara kami,” ujar Leavitt.
Seperti diketahui, Presiden Donald Trump pada April lalu mengumumkan tarif impor global sebesar 10% hingga 50%. Meski sempat direvisi dan sebagian besar diturunkan untuk jangka waktu 90 hari, kebijakan ini tetap menuai kontroversi luas, khususnya dari para pemimpin negara Eropa.
Baca Juga: Dolar AS Terpuruk Terhadap Euro, Dipicu RUU Pajak Trump dan Ketidakpastian Tarif
Seruan untuk Reformasi WTO
Dalam pidatonya, Macron juga menyerukan perlunya mendukung dan merombak Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) agar lebih sejalan dengan misi mengurangi ketimpangan dan mengatasi krisis iklim.
“WTO harus dihidupkan kembali untuk mendukung tujuan zaman ini: keadilan sosial dan perlindungan lingkungan. Jika tidak, sistem perdagangan global akan terus melanggengkan ketimpangan,” tutup Macron.