Sumber: Yonhap,Yonhap | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Jumlah infeksi baru virus corona di Korea Selatan kembali melonjak ke level tertinggi hampir enam bulan setelah berada di atas 400 kasus dalam 24 jam terakhir. Kamis (27/8), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) melaporkan, ada 441 kasus Covid-19 baru, termasuk 434 infeksi lokal.
Lonjakan kasus ini terjadi berkaitan dengan sejumlah kluster sporadis yang berada di seluruh negeri dan menambah tekanan ke pemerintah untuk penerapan pembatasan sosial ke level tertinggi.
Penghitungan yang dilaporkan hari ini menandai pertama kalinya kasus virus harian di Korea Selatan melampaui ambang batas 400 sejak 7 Maret. Kala itu, Negeri Ginseng tersebut melaporkan 483 kasus setelah wabah besar-besaran di Daegu dan kawasan sekitarnya, Provinsi Gyeongsang Utara, yang terkait dengan pengikut sekte agama kecil Shincheonji.
Baca Juga: Bank sentral Korea (BOK) pangkas prospek ekonomi tahun 2020 jadi -1,3%
Selain itu, ini juga menandai tambahan kasus harian berada di tiga digit sejak 14 Agustus. Selama dua minggu terakhir, lebih dari 3.800 kasus telah dilaporkan di Korea Selatan, sebagian besar terkait dengan gereja konservatif di bagian utara Seoul dan unjuk rasa pada 15 Agustus lalu.
Dari 434 kasus yang ditularkan secara lokal, 313 kasus diidentifikasi di wilayah sekitar ibu kota. Rinciannya, Seoul menambahkan 154 kasus, sementara di sekitar Provinsi Gyeonggi dan kota pelabuhan barat Incheon masing-masing melaporkan 100 dan 59 kasus baru.
Kota-kota besar lainnya juga melaporkan infeksi tambahan, dengan Gwangju menambahkan 39 kasus dan Busan mengonfirmasi delapan kasus lagi.
Gereja Sarang Jeil yang berada di utara Seoul, menjadi sarang lonjakan infeksi baru baru-baru ini. Sejauh ini telah dilaporkan ada 933 kasus Covid-19 terkait gereja tersebut.
Kasus-kasus terkait gereja Sarang Jeil juga menyebabkan kluster baru di setidaknya 23 lokasi, dengan kasus-kasus dilaporkan di sembilan provinsi dan kota yang berbeda di luar wilayah Seoul yang lebih besar.
Selain itu, sedikitnya ada 219 pasien telah dilaporkan dari unjuk rasa anti pemerintahan yang digelar 15 Agustus di pusat kota Seoul, dengan kasus yang diidentifikasi di 10 provinsi dan kota yang berbeda di luar wilayah Seoul yang lebih besar.
Baca Juga: Sosok paman Kim Jong Un, sang putra bungsu yang bakal jadi pemimpin Korut selanjutnya
Otoritas kesehatan telah memperingatkan bahwa gelombang infeksi Covid-19 akan segera terjadi karena virus menyebar ke seluruh negeri.
Kasus virus baru negara itu memuncak pada akhir Februari, setelah 909 pasien merupakan pengikut gereja Shincheonji yang berada di tenggara Daegu. Setelah beberapa pasang surut, penghitungan harian bahkan mencapai satu digit pada akhir April dan awal Mei.
Tetapi otoritas kesehatan telah memperingatkan bahwa lonjakan terbaru jauh lebih buruk daripada wabah di Daegu sebelumnya. Ini terjadi karena virus telah menyebar di daerah metropolitan Seoul yang padat penduduk. Di sisi lain, jumlah kasus dengan rute infeksi yang tidak diketahui juga terus meningkat.
Untuk membendung penyebaran virus, negara itu menerapkan skema jarak sosial Level 2 secara nasional pada hari Minggu lalu. Sejumlah kota-kota besar pun sudah memberlakukan tindakan yang lebih ketat untuk menghadang penyebaran virus corona.
Bahkan, Seoul sudah melarang penggunaan angkutan umum bagi mereka yang tidak memakai masker. Selain itu, unjuk rasa yang dihadiri 10 orang atau lebih pun dibatasi.
Dengan skema jarak Tingkat 2, semua pertemuan dalam ruangan lebih dari 50 orang dan pertemuan terbuka lebih dari 100 orang dilarang. Selain itu fasilitas rawan risiko, seperti ruang karaoke, klub, kafe PC, dan restoran prasmanan, telah diperintahkan untuk ditutup.
Baca Juga: Kasus harian Covid-19 di Korea kembali di atas 300, gereja Sarang Jeil jadi hotspot
Otoritas kesehatan mengatakan mereka sedang mencari opsi untuk pindah ke jarak Level 3 yang paling sulit tetapi belum membahas rencana tersebut secara rinci.
Jika batasan saat ini dinaikkan ke level tertinggi, pertemuan lebih dari 10 orang akan dilarang. Tidak hanya fasilitas berisiko tinggi, seperti klub, tetapi juga fasilitas berisiko menengah, seperti bioskop, aula pernikahan, dan kafe, disarankan untuk menangguhkan operasinya.