Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China pada Kamis (8/4) memprotes perjalanan kapal perusak Amerika Serikat melalui Selat Taiwan, di tengah peningkatan aktivitas Angkatan Laut di wilayah tersebut.
China melacak dan memantau kapal perusak USS John S McCain sepanjang perjalanannya pada Rabu (7/4), Zhang Chunhui, juru bicara Komando Teater Timur Tentara Pebebasan Rakyat China (PLA) mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Tindakan AS mengirimkan "sinyal yang salah" kepada Taiwan dan "dengan sengaja mengganggu situasi regional dengan membahayakan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan," katanya, seperti dikutip Channel News Asia.
Dalam pernyataan satu kalimat, Angkatan Laut AS menyebutkan, kapal perusak USS John S McCain "melakukan transit rutin di Selat Taiwan pada 7 April melalui perairan internasional sesuai dengan hukum internasional".
Baca Juga: Kian panas! AS peringatkan China yang semakin agresif terhadap Flipina dan Taiwan
Transit kapal perusak USS John S McCain menyusul pengumuman China pada Senin (5/4), bahwa kapal induk Liaoning dan kapal-kapal perang lainnya mengadakan latihan di dekat Taiwan.
Angkatan Laut AS mengumumkan, kapal induk Theodore Roosevelt dan kelompok penyerang memasuki kembali Laut China Selatan pada Sabtu (3/4) untuk "melakukan operasi rutin", untuk kedua kalinya memasuki jalur air strategis tersebut tahun ini.
Taiwan siap perang
China mengklaim Laut China Selatan hampir secara keseluruhan dan sangat menolak aktivitas Angkatan Laut negara asing di perairan yang kaya sumber daya dan sangat padat itu.
Baca Juga: Drone China nekad masuk zona terlarang, Taiwan siap tembak jatuh
Terutama, praktik AS yang mengarungi kapal-kapal perang Angkatan Lautnya yang dekat dengan fitur-fitur yang dikuasai China, dalam apa yang Amerika Serikat sebut sebagai “kebebasan operasi navigasi".
Sementara Selat Taiwan terletak di perairan internasional. Kapal perang Angkatan Laut AS yang transit dipandang sebagai pertunjukan simbolis bahwa Washington tidak akan mengizinkan pasukan Beijing mendominasi jalur air itu.
Bersamaan dengan latihan militer, China mengirim pesawat tempur hampir setiap hari ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan untuk menekan Pemerintahan Presiden Tsai Ing-wen dan mengiklankan ancaman aksi militernya.
Hal itu memicu pernyataan dari Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu yang mengatakan, “Kami akan berperang jika kami perlu berperang, dan jika kami perlu mempertahankan diri kami sendiri sampai hari terakhir, maka kami akan mempertahankan diri kami sendiri sampai hari akhir".