kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Malaysia kritik WHO di tengah pandemi corona, ada apa?


Senin, 04 Mei 2020 / 21:28 WIB
Malaysia kritik WHO di tengah pandemi corona, ada apa?
ILUSTRASI. Benih kelapa sawit terlihat di perkebunan di Pulau Carey, Malaysia, 31 Januari 2020.


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Malaysia mengkritik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena menyarankan orang dewasa untuk menghindari makanan yang mengandung minyak kelapa sawit selama wabah virus corona dan menggunakan alternatif seperti minyak zaitun.

Kantor Regional WHO untuk Mediterania Timur mengatakan dalam sebuah nasihat baru-baru ini, orang harus mengonsumsi lemak tak jenuh yang terkandung dalam ikan, alpukat, kacang-kacangan, minyak zaitun, kedelai, kanola, minyak bunga matahari, dan jagung dibanding lemak jenuh yang terdapat dalam daging berlemak, mentega, minyak kelapa sawit dan kelapa, krim, keju, ghee, dan lemak babi.

Malaysia, produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia, mengatakan, saran seperti itu "kuno".

Baca Juga: Minyak sawit bisa tingkatkan kekebalan tubuh atas Covid-19, loh! Ini penjelasanya...

"Berkenaan dengan lemak makanan sebagai sumber utama kalori, WHO melalui penasihatnya yang baru-baru ini kembali jatuh ke sumur sebelumnya yang sama mempromosikan minyak komoditas tertentu sambil menyisihkan minyak sawit," kata Kalyana Sundram, CEO Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOC), badan negara yang bertanggungjawab untuk mempromosikan komoditas ini, Senin (4/5), seperti dikutip Reuters.

Kantor Regional WHO untuk Mediterania Timur tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters tentang pernyataan MPOC itu.

Dalam artikel opininya, Kalyana mengatakan, minyak sawit memiliki keseimbangan alami lemak jenuh dan tak jenuh untuk memastikan penyerapan berbagai zat gizi mikro, tidak memerlukan hidrogenasi-pengolahan minyak dengan hidrogen untuk meningkatkan umur simpan-dan tersedia dalam jumlah besar.

"Di negara-negara di mana konsumsi lemak di bawah rekomendasi WHO, seperti halnya di sebagian besar Asia dan Afrika, fokus kesehatan berbeda," ujar Kalyana. "Kebutuhan untuk menyediakan sumber kalori yang andal, berkelanjutan, dan terjangkau untuk menangkal kekurangan gizi (dan meningkatnya kerentanan infeksi) adalah yang terpenting".

Kalyana menyebutkan, WHO harus fokus pada kemunculan "gagasan manajemen kesehatan yang sangat berbeda" dibanding mundur pada "pesan kuno".

Baca Juga: Pasokan berkurang, harga CPO tetap sulit menguat tajam

Minyak sawit digunakan dalam segala hal, mulai susu formula hingga kue. Tapi, permintaan minyak sawit sedang terpukul karena penutupan restoran selama penguncian untuk membendung penyebaran virus corona di banyak negara.

Malaysia dan Indonesia menghasilkan 85% minyak sawit dunia. Tetapi, industri ini menghadapi kritik keras dari para pencinta lingkungan atas penebangan besar-besaran hutan tropis untuk menanam tanaman tersebut.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×