Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
Dalam artikel opininya, Kalyana mengatakan, minyak sawit memiliki keseimbangan alami lemak jenuh dan tak jenuh untuk memastikan penyerapan berbagai zat gizi mikro, tidak memerlukan hidrogenasi-pengolahan minyak dengan hidrogen untuk meningkatkan umur simpan-dan tersedia dalam jumlah besar.
"Di negara-negara di mana konsumsi lemak di bawah rekomendasi WHO, seperti halnya di sebagian besar Asia dan Afrika, fokus kesehatan berbeda," ujar Kalyana. "Kebutuhan untuk menyediakan sumber kalori yang andal, berkelanjutan, dan terjangkau untuk menangkal kekurangan gizi (dan meningkatnya kerentanan infeksi) adalah yang terpenting".
Kalyana menyebutkan, WHO harus fokus pada kemunculan "gagasan manajemen kesehatan yang sangat berbeda" dibanding mundur pada "pesan kuno".
Baca Juga: Pasokan berkurang, harga CPO tetap sulit menguat tajam
Minyak sawit digunakan dalam segala hal, mulai susu formula hingga kue. Tapi, permintaan minyak sawit sedang terpukul karena penutupan restoran selama penguncian untuk membendung penyebaran virus corona di banyak negara.
Malaysia dan Indonesia menghasilkan 85% minyak sawit dunia. Tetapi, industri ini menghadapi kritik keras dari para pencinta lingkungan atas penebangan besar-besaran hutan tropis untuk menanam tanaman tersebut.