Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Sebagian besar mata uang negara berkembang bergerak dalam kisaran sempit pada Kamis (14/8/2025) karena investor menahan diri menjelang pertemuan puncak yang dinanti antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Indeks yang melacak kinerja saham negara berkembang melemah 0,4% setelah pada sesi sebelumnya mencatat kenaikan intraday terkuat dalam lebih dari sebulan, yang sempat membawanya mendekati level tertinggi empat tahun.
Baca Juga: Rupiah Perkasa ke Level Tertinggi 7 Bulan Kamis (14/8), Pimpin Mata Uang Asia
Pada Rabu (13/8/2025), Trump memperingatkan adanya “konsekuensi berat” jika Putin menolak kesepakatan damai Ukraina.
Namun, ia juga membuka kemungkinan pertemuan lanjutan yang melibatkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, meredakan kekhawatiran bahwa Kyiv akan tersisih dari pembicaraan di Alaska.
Pernyataan Trump, bersama hasil pertemuan virtualnya dengan para pemimpin Eropa dan Zelenskiy sehari sebelumnya, memberi sedikit ketenangan bagi pasar.
“Jika KTT Trump–Putin menghasilkan kemajuan menuju gencatan senjata, fokus pasar kemungkinan akan bergeser ke rekonstruksi Ukraina,” tulis analis UBS.
Baca Juga: Presiden Trump Longgarkan Aturan Penerbangan Antariksa Komersial, SpaceX Diuntungkan?
Analis ING menambahkan, “Mata uang Eropa Tengah dan Timur diuntungkan oleh pelemahan dolar AS dan prospek kemajuan dalam konflik Ukraina–Rusia.”
Obligasi internasional dolar Ukraina naik tipis setelah turun dalam dua sesi berturut-turut. Namun, saham negara-negara yang berbatasan dengan Ukraina justru terkoreksi.
Saham Polandia melemah 1,3%, menuju penurunan intraday terbesar dalam dua pekan terakhir. Sementara saham Rumania turun 0,4%. Indeks saham Eropa Tengah dan Timur anjlok 1,5%.
Mata uang leu Rumania stagnan terhadap euro, sejalan dengan mayoritas mata uang regional lainnya yang juga bergerak terbatas.
Data terbaru menunjukkan pertumbuhan ekonomi Rumania pada kuartal II-2025 lebih lambat dari perkiraan, memperburuk prospek perekonomian negara tersebut.
Di Turki, lira dan indeks saham Istanbul stabil. Bank Sentral Turki mempertahankan proyeksi inflasi akhir tahun pada 24%, namun menaikkan perkiraan 2026 menjadi 16% dari sebelumnya 12%, kata Gubernur Fatih Karahan.
Baca Juga: Jelang Pertemuan dengan Trump, Putin Diyakini Siap Uji Coba Rudal Jelajah Baru
Dari Asia, indeks saham Vietnam melonjak 1,8% ke rekor tertinggi.
Sumber Reuters menyebutkan, Vietnam melakukan pembelian minyak AS pertamanya tahun ini, dalam kesepakatan yang dinegosiasikan dengan Washington untuk menghindari tarif tinggi AS dan mengurangi surplus perdagangan dengan negara tersebut.
Sementara itu, rupiah memimpin penguatan mata uang Asia, meski sebagian lainnya melemah seiring dolar AS mulai pulih setelah dua hari berturut-turut terkoreksi, meski masih berada di dekat posisi terendah beberapa pekan.
Mata uang negara berkembang secara umum berada dalam tren menguat belakangan ini, didukung ekspektasi hampir pasti bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada September, dengan data CME FedWatch menunjukkan peluang yang hampir sepenuhnya sudah diperhitungkan pasar.